Titik Terbaik Takdir Part 7

 



Karya: Nida

Suara deruman motor menggema di sirkuit pada malam ini. 


Azka maupun Bagas sudah berada di garis start. Seorang wanita memberikan aba-aba dengan sapu tangannya pertanda pertandingan sudah di mulai. 


Kedua motor itu melaju dengan kencang. Azka memimpin di depan sedangkan Bagas sudah tertinggal jauh di belakang membuat Azka menciptakan seringaian tipis di balik helm full facenya. 


Masing-masing dari mereka mendukung Azka dan Bagas untuk memenangkan pertandingan ini. 


Di depan sudah terlihat garis finish, Azka menambah kecepatannya dan.... 


Wuss


Azka berhasil mencapai garis finish, baru setelah itu Bagas pun menyusul. 


Membuat teman-teman Azka memekik kesenangan dan berlari menghampirinya. 


"Lo, emang hebat banget, Ka!" Puji Galang sembari menepuk pelan pundak Azka.


"Malam ini kita pesta!" Seru Zany.


"Mana uang 50 jutanya Tuan Bagas?" ucap Alan sembari terkekeh pelan di akhir kalimatnya.


Anak buah Bagas lantas memberikan koper berisi uang kepada Alan. "Janji gue udah lunas!" ucap Bagas yang lantas langsung pergi di ikuti oleh para anak buahnya, membuat Geng Alaska hanya terkekeh geli melihatnya.


"Ayo Bro, kita rayakan kemenangan ini!" ucap Zany dengan antusias.


Azka melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 23.30, Mamanya pasti sudah menunggunya, ralat, maksudnya menunggu janji martabaknya.


"Gue kayaknya nggak bisa, Mama gue udah nungguin gue," ucap Azka.


"Mama lo posesif banget, Ka," ucap Galang, mengingat jika Mamanya tidak begitu perduli dengannya.


"Posesif tanda sayang, lagian gue udah ada janji mau beliin martabak, kalau gue nggak pulang sekarang bisa-bisa gue tidur di luar," cerocos Azka.


"Gue juga mau pulang," ucap Kenzo.


"Lo dicariin nyokap lo juga?" tanya Alan.


"Belajar, besok sekolah." Jawab Kenzo.


"Yaudah gimana kalau kita party-nya besok, sepulang sekolah, gimana? Setuju?" tanya Alan.


Azka mengangguk singkat. "Gue pulang duluan," ucapnya, lalu menyalakan mesin motor Ninja-nya, dan pergi meninggalkan kawasan sirkuit.


"Bro, gue salut sama si Azka. Sekejam-kejamnya dia sama orang tetap takut sama emaknya," ucap Galang.


"Namanya juga bayik gede!" balas Zany, lantas mengundang tawa dari mereka semua.


•••


Azka terhenti di depan tukang martabak, untungnya martabak langganan Mamanya masih buka, kalau tidak entah bagaimana nasib Azka nanti.


"Mang, beli martabak dua, topping seperti biasa," ucap Azka kepada Mang Ucup.


"Siap, Den Azka!" ucap Mang Ucup.


"Pasti buat Mamanya ya, Den?" tanya Mang Ucup.


"Iya Mang, buat siapa lagi kalau bukan buat Mama saya? Lagian Mamang kasih mantra apaan dah di itu martabak sampai Mama saya suka banget," cerocos Azka, membuat Mang Ucup terkekeh geli mendengarnya.


"Hahaha, mantranya rahasia, Den."


"Eh, Den Arsya. Den Arsya mau beli martabak juga?" tanya Mang Ucup, Azka yang tadinya sibuk dengan ponselnya kini beralih menatap Arsya yang kini sudah berdiri di samping Mang Ucup, mata mereka saling beradu seperti menyiratkan sebuah makna.


Arsya mengangguk. "Dua aja Mang, seperti biasa yang Bunda saya beli," ucap Arsya.


Mang Ucup mengangguk paham. "Silakan duduk dulu, Den Arsya," ucapnya.


"Ini pesanan, Den Azka udah jadi," ucap Mang Ucup, lantas Azka pun berdiri dari duduknya serta mengambil dua kota martabak lalu segera membayarnya.


"Kembaliannya buat Mamang," ucap Azka.


"Makasih, Den!"


"Sampai kapan lo hidup tanpa jadi diri lo sendiri, Ka?" Arsya tiba-tiba buka suara, membuat Azka menghentikan langkahnya.


"Lo, jangan berubah hanya karena dia pergi, Ka. Ini takdir, mana Azka yang dulu gue kenal?" ucap Arsya.


Azka tersenyum miring. "Lo nggak berhak atas kehidupan gue. Azka yang sekarang adalah diri gue sendiri!" ucapnya lalu segera pergi meninggalkan Arsya yang masih menatap dirinya walau jarak kian menenggelamkan tubuh Azka.


"Andai lo merasa, dia sudah ada di sekitar kita lagi, Ka," batin Arsya.


•••


Azka, Kenzo, Zany, Alan dan Galang berjalan beriringan. Suara teriakan dari para siswi menyambung kedatangan mereka. Bagaimana tidak? Geng Alaska seperti Pangeran di dunia dongeng, rupanya yang rupawan membuat siapa saja terhipnotis.


"Aaaa, Azka! Kenapa lo ganteng banget sih!" 


"Nggak bisa nggak bisa! Pliss salah satu dari mereka jadi milik guee!"


"Kak Azka sama kak Kenzo nggak ada obat! Berdamage banget!"


Seperti itulah teriak-teriakan dari para siswi SMA Angkasa, suasana seperti itu sudah biasa di alami oleh Geng Alaska setiap harinya.


Senyuman devil tercipta di kedua sudut bibir Azka, saat menatap objek yang sedari tadi ia cari.


Hawa.


Gadis itu saat ini tengah jalan sendiri, seperti gadis itu baru saja keluar dari perpustakaan. 


"Eh, lo siswi baru!" Teriak Azka. 


Hawa terus berjalan, walaupun ia yakin jika dirinya lah yang di panggil oleh Azka. Tapi itu salahnya kenapa dia tidak memanggil dengan sebutan namanya.


"BERANI LO SAMA GUE? LO BERHENTI DI SITU ATAU NGGAK LO DALAM MASALAH BESAR!" Teriakan Azka mengundang atensi seluruh siswa-siswi SMA Angkasa.


Hawa pun terhenti, lalu berbalik menatap Azka dengan teman-temannya yang semakin mendekat kearahnya.


"Nah, gitu dong! Apa salahnya lo tadi berhenti," ucap Azka.


"Maaf, kamu tidak memanggil saya, andai kamu memanggil saya pasti saya akan berhenti," ucap Hawa dengan pandangan yang menatap ke lantai.


"Kalau bicara itu biasakan natap orangnya, lo nggak di ajarin tata krama sama orangtua lo?" ucap Azka.


"Di dalam Islam perempuan dengan laki-laki dengan yang bukan mahram di wajibkan untuk menjaga jarak dan menundukkan pandangan," ucap Hawa.


Azka mengeluarkan buku dari dalam tasnya, lalu memberikannya ke Hawa. "Lo kerjain PR Fisika gue, jangan sampai ada yang salah, kalau ada yang salah lo semakin memperumit masalah lo dengan gue!" ucap Azka.


"Tapi-"


"Nggak ada penolakan, sekalipun Arsya nolong lo, lo nggak akan bebas dari kejaran gue," ucap Azka lalu pergi meninggalkan Hawa di ikuti oleh para teman-temannya.


Hawa menghembuskan nafas jengah, beberapa kali ia juga mengucapkan istighfar di dalam hatinya.


"Astagfirullah, masih pagi udah ada yang bikin naik darah!" Keluhnya.

Posting Komentar

0 Komentar