Persis (Persatuan Islam) adalah suatu ORMAS (Organisasi Masyarakat)
Islam lahir pada tanggal 12 september 1923 di Bandung oleh KH. Zamzam dan
Muhammad Yunus.
Perasis berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang berdiri pada
abad XX, maka Persatuan islam memiliki ciri tersendiri, yaitu kegiatannya
dititikberatkan pada pembentukan faham keagamaan. (1994:53)
Akan tetapi, manifesto tahun 1956 menyatakan bahwasannya perjuangan
Persis tidak terbatas dalam bidang aqidah dan ibadah saja, tetapi meliputi
perjuangan politik untuk memenangkan ideologi Islam. Isa Anshari (Ketua Umum
tahun 1949-1962) juga menyatakan pikirannya yang sama dalam Islam dan
Nasionalisme bahwa politik itu tersendiri adalah alat untuk mencapai cita-cita
umat Islam. (2005:89)
Dari pernyataan diatas dapat dibuktikan dengan Persis banyak
berperan penting di Indonesia dari sebelum kemerdekaan sampai Indonesia
merdeka. Persis mempunyai 3 tokoh yaitu; Pertama, A. Hasan, beliau sangat
banyak pengaruhnya karena beliau banyak bertukar pikiran dengan Soekarno dan banyak
pemikiran-pemikiran beliau yang di terima olehnya. Kedua, M. Natsir, beliau
adalah bapak NKRI karena nama NKRI itu adalah buah dari pemikirannya, dan
beliau juga adalah perdana mentri yang pertama di Indonesia. (2019:1) Ketiga,
Isa Anshari, beliau banyak mengkritik pancasila sampai-sampai beliau pernah di
jebloskan ke penjara dikarenakan banyak mengkritik pancasila untuk menegakkan
ideologi Islam di Indonesia, dan beliau pun mendirikan sebuah organisasi yang
bertujuan untuk menolak komunis di Indonesia.
A. A. Ahmad Hasan
Ahmad Hasan Lahir di Singapura tahun 1887. Ayahnya bernama Ahmad
yang berasal dari India dan bergelar pendit. Ibunya bernama Muznah berasal dari
Pelekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Ahmad dan Muznah kawin di surabaya
ketika Ahmad pergi dagang ke kota ini, kemudian mereka menetap di Singapura.
(1994:11)
Pada tahun 1920 A. Hasan berkunjung dari Singapura ke Surabaya
dalam hubungan perdagangan batik keluarganya. Dari sanalah A. Hasan mulai
terlibat dalam diskusi-diskusi agama dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia
sekitar pertentangan antara “kaum muda” dan “kaum tua” antara paham modernis
dan paham tradisional. (2005:64)
Dan pada tahun 1924 tepatnya
setelah satu tahun Persis berdiri A. Hasan mulai bergabung dalam kegiatan
diskusi-diskusi Persatuan Islam,(2005:63)
dan dari sanalah A. Hasan mulai bergabung di Persatuan Islam.
Ahmad Hasan beliau sangat cerdas dalam masalah keagamaan sehingga
beliau bisa menjawab semua pertanyaan dari mustaminya, karena beliau dididik
dari usia dini belajar keagamaan. Akan tetapi beliau tidak hanya faham terkait
keagamaan beliau juga faham tentang kebangsaan atau ketatanegaran. Beliau
pernah menyampaikan bahwasannya faham kebangsaan dan pemerintahan ini adalah
cerminan sikap politiknya terhadap situasi dan kondisi politik di Indonesia.
(1994:37)
Dalam pemahaman kebangsaanya beliau mencurahkan dengan menulis buku
yang berjudul “Islam dan Kebangsaan” yang menjabarkan beberapa konsepsi
islam tentang kebangsaan, dalam batas mana yang dianggap menyimpang dan sejauh
mana dianggap wajar menurut dasar-dasar pandangan islam. (1994:33)
Dengan pemikiran A. Hasan dengan seperti itu A. Hasan ingin
membentuk pemerintahan yang berdasarkan syariat islam, yang bertujuan untuk
terlaksananya ajaran dan hukum-hukum islam di Indonesia dengan tahapan beliau
masuk menjadi anggota Masyumi disana beliau sangat berpengaruh menyalurkan
pemikirannya untuk membangun pemerintahan yang sesuai dengan syari’at islam.
Ada beberapa pengaruh yang sangat kuat yang menghantarkan
pemikiran yang cerdas A.Hasan yaitu diantaranya; pengaruh turunan, pengaruh
bacaan, dan pengaruh pergaulan. (1994:19-21)
Dari pemikiran-pemikiran A. Hasan yang begitu brilian dan cerdas,
beliau mendapatkan sanjungan-sanjungan yang begitu luar biasa dari para
tokoh-tokoh di Indonesia yaitu di antaranya Prof. Dr. Hamka, H. Tamar Djaja,
Ustadz Qais Attamimi, Prof. dr. G. P. Pijper.
Buya Hamka mengatakan “Dan orang yang ketiga yang menjadi penyiar
faham Abduh di jawa adalah Syaikh Ahmad Hasan. Dan keistimewaan beliau adalah
kekuatan hujjahnya dan teguhnya mempertahankan pendirian yang beliau yakini
benarnya. Kuat hatinya, kuat hujjahnya dan pahit kritikannya, kalau perlu
terhadap kawannya sendiri dengan jujurnya.”
H. Tamar Djaja “Kalau saya katakan bahwa A. Hasan adalah adalah
ulama yang paling alim di seluruh Indonesia, mungkin terlalu di besar-besarkan.
Akan tetapi menurut ulama-ulama terbesar di jawa saya tanya, mengaku bahwa A.
Hasan alim besar.”
Ustadz Qais Attamimi “Setelah saya mendengar kewafatan ini, saya
pun turut berduka cita. Bukan disebabkan oleh kewafatan beliau, karena hampir
memastikan bahwa Indonesia dengan meninggalnya Al-Ustadz Hasan bin Ahmad,
memerlukan kepada orang besar yang mempunyai kepribadian istimewa yang jarang
kita jumpai pada setiap masa. Beliau seorang yang kuat, tabah dan bersifat
terus terang. Terus terang dalam segala perkataan dan amal perbuatannya.
Sifat-sifat inilah yang memberi keistimewaan kepada diri beliau. Karena sifat
ini, terutama sifat terus terang, yang jarang kita jumpai pada kehidupan seorang pemimpin.”
Prof. dr. G. P. Pijper “A. Hassan wass een groot geleerde. Ik bezit
grllukinvele van zijn werken. Wat moet deze man gestudeerd hebben (A. Hassan
adalah seorang ulama yang kenamaan. Saya beruntung masih memiliki banyak
karya-karya (karangan-karangan) yang jumlahnya banyak sekali. Alangkah
banyaknya ilmu yang dapat dipelajari oleh beliau.)”
Dan perlu kita ketahui juga bahwasannya A. Hassan memiliki 2 orang
murid yang sangat berpengaruh dalam tatanan perpolitikan di Indonesia yaitu M.
Natsir dan M. Isa Anshari, dan beliau juga seringkali berdebat dengan presiden
pertama Indonesia sehingga pemikiran beliau banyak mempengaruhi pemikirannya Presiden Soekarno.
B. B. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1908 di Alahan
Pajang. Bapaknya bernama Idris Sutan
Saripando dan Ibunya bernama Khadijah. (2019:5)
Pada tahun 1923 M. Natsir masuk HIS (setingkat SD), kemudian AMS
(Algemene Middel bore School) sederajat dengan SLTA, di Bandung. Kemudian pada
tahun 1932 ia memasuki kursus guru. Selama ia tinggal di Bandung inilah M.
Natsir memulai hidupnya dalam masyarakat, mempelajari Islam dari A. Hassan,
serta mempunyai hubungan erat dengan tokoh-tokoh Persatuan Islam. (2005:95)
M. Natsir ini adalah tokoh yang sangat kritis sehingga M. Natsir
pernah menanggapi pidatonya soekarno dengan menulis “Bung Karno dulukan suka
menjelek-jelekkan Islam. (2008:11) Akan tetapi dengan perbedaan pendapatnya itu
tidak menjadikan M. Natsir untuk menjelek-jelekan Soekarno sebagaimana yang di
sebutkan Key Timu dalam buku 100 Tahun Mohammad Natsir “Tidak pernah dia
mengeluarkan kata-kata yang buruk soal soekarno. Dari situ saja sangat terlihat
sifat kenegarawanannya itu.” (M. Agil:2014)
Ketika Jepang datang, M. Natsir sempat bekerja di Bandoeng
Siicho menjadi pegawai pemerintah daerah Jepang, bagian Pendidikan dan Pengajaran. Kemudian merasa perlu merangkul Islam. Maka di bentuklah MIAI
(Majlis Islam A’la Indonesia) di Jakarta, yang kemudian diberi nama Majlis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) meskipun semulanya bukan sebuah organisasi
politik karena dulu partai politik belum ada. (2008:12)
Awal mula M. Natsir bergelut di ranah politik beliau masuk ke UII
di Yogyakarta yang di pimpin oleh Bung Hatta. Walaupun masih muda karena
termasuk seorang inti JIB, beliau sudah bergaul dengan Bung Hatta, H. Agus
Salim, Prawoto Mangkusasmito, Mohamad Roem, dan Jusuf Wibisono dalam organisasi
tersebut. (2008:13)
M. Natsir juga pernah masuk anggota Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP). Pada tanggal 30 oktober 1945 KNIP meningkat menjadi Badan Pembantu
Presiden yang sekarang di sebut Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). (2008:14)
Mohammad Natsir ini tokoh yang begitu cerdas sehingga beliau selama
menjadi mentri penerangan semua pidato 17 Agustus beliau yang membuat. Statement-statement
yang penting di buat oleh Bung Hatta dan Bung Karno yang menandatanganinya.
Dan beliau selalu dilibatkan.
Dan ada prestasi yang di dapatkan oleh M. Natsir bagi Indonesia ini
yang sudah kita kenal yaitu dengan Mosi Integralnya. Dan seringkali M.
Natsir di sebut dengan bapak NKRI karena beliaulah yang mencetuskan nama NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dan setelah Mosi Integral itu berhasil maka M. Natsir
mendapatkan kepercayaan dari soekarno untuk menjadi perdana mentri yang pertama
di Indonesia. Dengan perkataan soekarno dengan begitu percayanya terhadap M.
Natsir beliau mengatakan “ Ya siapa lagi kalau bukan Natsir dari Masyumi.
Mereka punya konsepsi untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.”
(2008:26)
Dari kecerdasan M. Natsir yang begit gemilang baik dalam hal
kenegaraan atau dalam hal keislaman ada tiga guru yang mempengaruhi beliau,
yaitu diantaranya; pertama, Tuan A. Hasan (Pimpinan Persis) dari Bandung.
Kedua, H. Agus Salim dan yang Ketiga, Syekh Ahmad Sjoorkati (pendiri Al-Irsyad
Al-Islamiyyah). (2008:7)
C. C. Isa Anshari
Beliau lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat pada tanggal
1 Juni 1969. Di khalayak Persatuan Islam (Persis) beliau mempunyai Julukan
sebagai “Representasi Perjuangan Persatuan Islam” (2005:98) dikarenakan
pada masa beliau menjadi ketua umum Persis yang pertama kali merumuskan Qanun
Asasi dan Qanun Dakhili (QA&QD) Persis, serta beliau pula yang menjadi
peletak dasar perjuangan Persis di pentas politik nasional.
Dan di khalayak umum beliau mempunyai julukan “Singa Podium” (Hidayat:2018)
dikarenakan ketika beliau berpidato sangat tegas dan lantang menyampaikannya
dan bisa mempengaruhi masa yang sudah mendengarkan pidatonya.
Beliau terkenal sebagai
penulis, tokoh politik, dan sebagai tokoh islam. Dibuktikan bahwasannya beliau
adalah sebagai perancang pertama Qanun Asasi dan Qanun Dakhili persatuan islam,
beliau aktif di partai Masyumi sebagai juru bicara pada tahun 1950-an, dan
beliau juga pernah menjabat sebagai ketua umum Persis pada tahun 1948-1961.
Beliau sebagai muslim sejati ketika beliau berkiprah di medan
politik nasional beliau konsisten memperjuangkan syariat islam menjadi
dasar-dasar negara. Beliau pernah menggugat Presiden soekarno di parlemen pada
tahun 1953 terkait pidatonya di Amutai (Kalimantan) soekarno tidak setuju
dengan negara islam dan ia memilih negara Nasional. Sejak itu Isa Anshari terus
mengkritik soekarno dan berakibat semakin memburuk hubungan partai Masyumi
dengan pemerintah. (Subarkah:2020).
Beliau juga pernah menggugat gagasan Soekarno yaitu NASAKOM
(Nasionalis Agamis Komunis) yang bertujuan untuk mempersatukan antara
orang-orang nasionalis agamawan dan orang-orang komunis, sehingga Isa Anshari
mendirikan sebuah kelompok yang dinamakan Fron Anti Komunis.
Maka dari tiga tokoh tersebut dapat di simpulkan bahwasannya Persis ini adalah salah satu ORMAS yang telah mempunyai peran sangat penting dalam perjuangan Indonesia dari sebelum kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan. Maka kita selaku generasi penerus harus bisa meneruskan perjuangan para pendahulu kita dalam syiar islam baik dalam dakwah secara mimbariyah atau masuk dalam tatanan perpolotikan untuk tegaknya islam secara kaffah. Dan perlu kita ingat pula ada sebuah pribahasa yang menyebutkan bahwasannya “Segudang ilmu akan kalah dengan segenggam kekuasaan.” Maka dari itu Persis di masa yang akan datang harus bisa mencetak A. Hasan-A. Hasan yang baru, M. Natsir-M. Natsir yang baru, dan Isa Anshari-Isa Anshari yang baru, untuk melanjutkan estapeta perjuangannya dalam menjadikan syariat islam tegak berdiri khususnya di Indonesia dan umumnya di dunia secara kaffah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Basri, Agus. 2019. Mohammad Natsir POLITIK Melalui Jalur DAKWAH.
Jakarta. Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia
Khaeruman. Badri. 2005. Islam Ideologis Perspektif Pemikiran dan
Peran Persatuan Islam. Jakarta. CV Misaka Gazali
Mughni. A. Syafiq. 1994. Hasan Bandung Pemikir Islam Radikal.
Surabaya PT Bina Ilmu Offset
Internet
Hidayat, Tatang. KH. Isa Anshri “Sang Singa Podium Mengaum Bagai
Napoleon Masyumi” tersedia:
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/tatang-hidayat1524230892837/kh-m-isa-anshari-sang-singa-podium-mengaum-bagai-napoleon-masyumi-274311107790538772
diakses tanggal 29 Desember 2020
Subarkah, Muhammad. Tentang”Isa Ashari: Oposan Sukarno yang
perjuangkan Syariah Islam” tersedia: https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qghjx9385 diakses tanggal 29 Desember 2020
2 Komentar
Ajib
BalasHapusBarakallah
BalasHapus