Oleh : Lazuardi
Ini persoalan cukup mendasar yang kita harus berani melakukan perubahan di dalamnya. Sebab cara pandang yang salah bisa berakibat pada penyikapan yang keliru. Sebagian orang mengira bahwa orang yang dibunuh di jalan Allah itu telah mati, seperti matinya orang-orang biasa. Maka Al-Quran menolak
Pemahaman demikian dan mengedepankan persepsi baru, yaitu dalam firman Allah SWT :
"Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizki. "
(Ali Imran :169)
"Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. " (Al Baqarah :154)
Kematian seseorang bisa jadi sebagai skenario Allah untuk "menghidupkan" orang lain, berupa hidayah iman. Sebagaimana kisah Ash-haabul Ukhduud. Kisah ini menggambarkan makna kemenangan berawal dari "syahidnya penyeru dakwah". Setelah syahid tumbuhlah sambutan manusia yang berbondong-bondong mengikuti jalan yang ditempuhnya.
Dalam kisah tersebut, seorang pemuda selalu terlepas dari percobaan pembunuhan atas perlindungan Allah. Akhirnya raja berkata, " Apa sesungguhnya yang terjadi? " Allah melindungi aku dari mereka, " jawab pemuda itu. "Sesungguhnya baginda tidak akan bisa membunuh saya, sehingga baginda melakukan apa yang hamba perintahkan, maka baginda dapat membunuh hamba, tetapi jika tidak, baginda tidak akan dapat membunuh hamba. "
"Lalu apa perintahmu? " tanya sang raja. "Baginda kumpulkan rakyat di suatu tempat", kata pemuda itu, " Lalu saliblah hamba di atas sebatang pohon dan ambillah satu anak panah dari kantong hamba, kemudian katakanlah, " Bismillaahi Rabbil Ghulaam... dengan nama Allah, Rabb pemuda ini. " Jika baginda melakukan hal itu niscaya baginda dapat membunuhku.
Sang raja pun akhirnya melaksanakannya, lalu diletakkan lah anak panah itu di busurnya kemudian ia bidikkan sambil berucap, " Bismillaahi Rabbil Ghulaam... dengan nama Allah, Rabb pemuda ini." Anak panah itu melesat dan mendarat tepat mengenai pelipis matanya. Dan pemuda itu meletakkan tangannya pada anak panah itu, akhirnya ia pun gugur. Kemudian orang-orang berkata, " Kami beriman kepada Rabb pemuda itu. "
Maka dikatakan kepada raja, " Tidakkah baginda melihat apa yang baginda takutkan? Sungguh hal itu telah terjadi, rakyat seluruhnya telah beriman kepada Rabb pemuda itu. " Maka sang raja memerintahkan kepada para pengawalnya untuk mencari tempat yang rata. Dan di tempat itulah digali beberapa parit dengan dinyalakannya api di dalamnya. Akan tetapi di luar dugaan, mereka pun berlomba-lomba dan saling mendorong untuk menceburkan diri ke dalam parit api tersebut. Hingga tibalah giliran seorang wanita dengan bersama anaknya yang sedang disusuinya. Ia tampak ragu ketika sudah mendekati api. Akan tetapi dengan takdir Allah bayinya justru berkata, " Bersabarlah wahai ibunda karena engkau berada di atas kebenaran ". Kisah nyata ini disarikan dari HR Muslim nomor 3005 dari Suhaib ra.
Kematian bukan akhir dari segalanya. Ia adalah awal di kehidupan nyata. Menjadi pembuka hati yang buta. Pembukaan hidayah orang yang tersesat dan menghidupkan jiwa yang terlena. Kematian Hasan Al banna membuka mata dunia dan menggugah iman Sayyid Quthub. Kematian Sayyid Quthub membuka mata hati algojonya dan menambah keharuman dakwah hingga semakin luas ke seluruh dunia. Kematian KH Zainal Mustofa di Jawa Barat mengobarkan semangat jihad melawan penjajah Jepang.
Para pahlawan sejati sesungguhnya tak pernah mati apabila mereka telah menorehkan prestasi untuk menjadi saksi dan diwariskan hingga ke akhirat nanti. Maka siapkan diri untuk "mencari mati" Karena disitulah tersimpan kehidupan sesungguhnya. Abu Bakar Ash-Shiddiq berpesan, " Nak, carilah kematian, niscaya kan kau temukan kehidupan didalamnya. "
0 Komentar