MENELADANI PUTRI RASULULLAH SAW, SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA UNTUK MEMAHAMI KESETARAAN SEKS & GENDER



KARYA: AHMAD MUTAWALLI ASYA’ROWI


A. Latar belakang


Dalam  kehidupan  ini,  khususnya  para  wanita  itu  sangat  senang  meniru  sebuah  sosok yang menjadi panutan dalam kehidupannya. Kenapa wanita sangat suka meniru seorang sosok teladan untuk figur dalam kehidupannya, karenanya kebanyakan jika tidak meniru atau tidak mempunyai seorang sosok yang menjadi figur dalam kehidupannya maka dalam hidup itu mereka tidak akan punya semangat dan ghiroh untuk melakukan kehidupannya. Bahkan bisa jadi saja seandainya tidak punya ghiroh atau semangat dalam kehidupan maka mereka akan melakukan banyak kesalahan-kesalahan yang membuat diri mereka itu menjadi rusak dalam kehidupannya.


Sebenernya berkaitan dengan wanita yang mana kebanyakan suka meniru gaya hidup seseorang yang menjadi figur dalam kehidupannya itu sangat labil dan ambigu, kenapa dapat dikatakan labil dan ambigu karena berkiatan dengan meniru gaya hidup sosok yang ia tiru itu tergantung sosok mana dan sosok seperti apa yang ia tiru. Kalau ia meniru sosok yang baik maka hidup yang ia jalankan akan baik, sebaliknya jika ia meniru gaya hidup sosok yang ia tiru dan sosok tersebut orang yang buruk maka ia akan menjadi buruk. 


Memang, meniru gaya hidup atau sosok manapun tidak masalah asal mengambil yang baiknya dan membuang yang buruknya, tapi terkadang kalau meniru sosok yang buruk masih suka meniru gaya-gaya hidup dia yang buruk dan melupakan bahkan meninggalkan yang baiknya. Maka dari itu agar wanita hidupnya menjadi lebih terhormat dan di hormati maka musti meniru salah satu sosok ini, yaitu putrinya Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra as yang mana salah satu sosok ini, yang musti dipahami dan diteladani oleh semua wanita agar wanita menjadi terhormat bahkan bisa menjadi kesetaraan seks dan gender.


B. Pengertian dan Isi


Kita sering mendengar tentang kesetaraan Seks dan Gender, sebelum membahas lebih lanjut kita pahami dulu apa sih itu seks dan gender dari segi pengertian. Seks perbedaan biologis seorang laki-laki dan perempuan yang sudah dibawa sejak lahir, sedangkan gender adalah karakteristik laki-laki dan perempuan yang dibentuk dan dibangun dalam lingkungan sekitar atau masyarakat (Jurnal Dinas Pemberdayaan). Berkaitan dengan gender pula, menurut Nasarudin Umar adalah “Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan karena dikonstruksi secara sosial, karena pengaruh kultural, agama, dan politik. Sifat ini tidak bersifat kodrati melekat pada jenis kelamin tertentu, tetapi sifat itu bisa dipertukarkan. 


Perbedaan gender itu bisa berubah sewaktu-waktu dan bersifat kondisional. Misalnya, anggapan laki-laki rasional dan perempuan emosional, laki-laki kuat dan perempuan lemah, laki-laki perkasa dan perempuan lemah lembut. Sifat-sifat itu bisa berubah dan tidak melekat secara permanen. Pada masa tertentu dan tidak sedikit laki-laki lemah lembut, emosional, sedangkan ada perempuan perkasa dan rasional.” Jadinya secara pengertian lebih simple adalah seks adalah sesuatu yang sudah bersifat kodrati dan tidak bisa di ubah-ubah, sedangkan gender adalah suatu sikap yang di bangun dari masing-masing seks tersebut.


Jadinya karena kita sudah memahami perbedaan seks dan gender diatas maka kita akan memahami kesetaraan seks dan gender. Kenapa musti ada kesetaraan seks dan gender karena dengan adanya kesetaraan seks dan gender maka dari sinilah wanita itu tidak boleh di rendahkan dan tidak boleh dilakukan dengan semena-mena karena bahkan dari wanita sendiri pun jangan mau diperbudak dan jangan mau jadi bahan murahan karena pada dasarnya wanita juga layak untuk dihormati dan layak untuk menjadi orang terdepan sebagaimana laki-laki yang harus terdepan.


Masalah kesetaraan seks dan gender, itu awal mulanya dilakukan oleh Rasulullah SAW bahkan sebelum punya putri pun seperti Sayyidah Fatimah Az-Zahra As beliau SAW melakukan kesetaraan seks dan gender. Sebagaimana dahulu sebelum Sayyidul Wujud Muhammad Saw menjadi Nabi yang agung, di daerah jazirah arab sudah banyak perempuan-perempuan dijadikan bahan pemuas nafsu, bahan murahan, bahkan bahan taruhan judi sekalipun yang pada intinya perempuan diperlakukan tidak hormat. Bahkan ada juga perempuan zaman itu masih bayi pun bahkan baru lahir itu di tindas sehingga dikatakan bayi perempuan itu membawa sial sehingga banyak bayi perempuan di kubur hidup-hidup.


Ketika Rasulullah datang bahkan sebelum menjadi Nabi pun ia membela para wanita yang diperlakukan tidak hormat. Beliau bela gimana merayu ummat-ummat jahiliyyah zaman itu agar orang-orang jahiliyyah tidak merusak perempuan-perempuan yang ada di jazirah arab. Ketika Rasulullah SAW membela para wanita yang dirusak di posis belum menjadi Nabi, sedikit demi sedikit orang-orang jahiliyyah mendengarkan perkataan Nabi SAW agar menghormati wanita mulai tidak munguburnya hidup-hidup ketika masih bayi, tidak dijadikan bahan pemuas nafsu, dan lain sebagainya.


Ketika beliau SAW sudah diangkat menjadi Ar-Rasul dan beliau dikaruniai seorang putri yaitu Fatimah Az-Zahra As. Yang mana beliau SAW sangat mencintai putri nya yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra as sehingga dari situlah mendapat sebuah gambaran keteladanan bahwa wanita musti dihormati dan tidak boleh lecehkan maka dari sinilah timbul kesetaraan seks dan gender. Mana yang menjadi tolak ukur terjadi kesetaraan seks dan gender dalam meneladani putrinya Rasulullah Saw yang sehingga semua wanita di muka bumi ini musti tiru sosok beliau agar bisa dihormati, di sini kami akan sebutkan point-point penting dalam meneladani beliau agar terjadi kesetaraan seks dan gender:


Sayyidah Fatimah di ajarkan Rasulullah SAW untuk menjadi orang yang alim, sebagaimana sahabat-sahabat beliau yang laki-laki juga alim dalam memahami dan menghafal perkataan-perkataan Rasulullah SAW. Di sini yang musti kita tiru agar menjadi kesetaraan seks dan gender adalah gak harus laki-laki yang menjadi orang pintar, tapi perempuan ada hak bahkan harus menjadi orang pintar. Kita kenalnya kalau perempuan harus paham sama ilmu masak aja, itu suatu hal pemikiran yang salah, justru kalau perempuan meneladani Sayyidah Fatimah Az-Zahra maka ia akan termotivasi untuk mempelajari dan menggali semua ilmu yang ada.


Sayyidah Fatimah Az-Zahra di dalam kitab Kanzul Ummal beliau dijuluki Ummu Abiha (Ibu untuk ayahnya). Yang mana Rasulullah SAW pernah di sambit-sambitin di thaif sehingga beliau terluka di situlah Fatimah Az-Zahra membela ayahnya agar orang-orang thaif berenti menyambit-nyambiti beliau dengan kotoran dan batu. Di sini yang musti kita teladani khususnya untuk wanita agar terjadi kesetaraan dan gender adalah wanita ada hak untuk bersuara dan menyampaikan kebenaran. Kebanyakan dari sebgaian oknum mengatakan bahwa wanita tidak pantes bersuara membela kebenaran karna itu tugas laki-laki, itu sebuah pemikiran fallacytisme yang mana mengatakan bahwa wanita diem aja dan gak usah bersuara dalam kebenaran, padahal wanita juga ada hak membela dan menyuarakan kebenaran sebagaimana laki-laki membela dan menyuarakan kebenaran.


Ayahnya Sayyidah Fatimah yaitu Rasulullah SAW itu sangat menyanyangi beliau. Sehingga ada sebuah hadits dalam kitab Mu’jam Al-kabir karya Syekh At-Tabrani, Juz 1, halaman 68. Rasulullah Saw bersabda: “Fatimah adalah bagian dariku, dan dia adalah ruh-ku di antara kedua tanganku, barang siapa yang menyenangi Fatimah makai a menyenangiku, dan barang siapa yang menyakiti Fatimah maka ia menyakitiku.” Di sini menjadi pelajaran bahwa anak perempuan sangat ada hak untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari orang tuanya, tapi kebanyakan oknum mengatakan bahwa anak perempuan di sayangnya jangan berlebihan karena tidak meneruskan keturunan. Padahal perempuan juga ada hak dan sangat ada hak untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari orang tuanya. Dan masalah ini adalah pelajaran untuk semua orang tua, yaitu jangan hanya menyayangi anak laki-laki, dan bahkan sangat di haruskan memberikan kasih sayang yang lebih kepada anak perempuannya agar di situ anak perempuannya di hormati oleh orang lain sebagaimana kasih sayang Rasulullah kepada Fatimah, sehingga orang-orang pada hormatin beliau.


Dalam kitab Iqdul Jawahir karya Al-Habib Musthofa Alaydrus, di situ dikatakan bahwa Fatimah Az-Zahra as ia adalah wanita yang tidak pernah sama sekali auratnya keliatan bahkan saking menjaga auratnya dari laki-laki non mahromnya sehelai rambutnya pun gak keliatan, jangankan sehelai rambut bayangannya aja pun tidak keliatan baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Sebenernya berkaitan dengan masalah ini adalah masalah pribadi yang mana semua wanita musti tiru dalam hal ini yaitu menjaga auratnya baik aurat secara fisik maupun batin. Bagaimana kalau aurat secara batin, Sayyidah Fatimah Az-Zahra dalam menjaga aurat batin, ia tidak pernah menunjukkan rasa senyum kepada laki-laki non muhrimnya. Gimana mau keliatan dan gimana mau bisa di lihat senyumannya sedangkan saking menjaga auratnya, seluruh laki-laki daerah jazirah itu tidak ada yang tau wajahnya Sayyidah Fatimah itu bagaimana, dan bagaimana senyumannya dan lain sebagainya. Begitu juga dengan wanita zaman sekarang agar bisa dan lebih di hormati sebagaimana laki-laki itu di hormati maka wanita zaman sekarang harus bisa menjaga aurat batinnya, yaitu jangan menunjukkan senyuman kepada laki-laki non muhrim nya karena jika menunjukkan keakraban dan senyuman kepada laki-laki non muhrimnya maka harga diri wanita tersebut bakalan jatuh di hadapan laki-laki tersebut. Kalau kata Habib Muhammad bin Alwi Al-Haddad wanita yang jutek itu bagus, tapi terkadang jutek itu hanya dipakai kepada laki-laki yang tidak keren atau ganteng, dan senyumannya atau bahkan keakrabannya ia pakai ke laki-laki yang non muhrim tapi ganteng, kalau wanita sikap nya seperti itu menunjukkan jutek ke laki-laki tidak ganteng dan tidak menunjukkan jutek tersebut ke laki-laki yang ganteng maka kalau seperti itu akan sering terjadi yang namanya derajat wanita dari segi batiniyyah akan jatuh yaitu tidak punya sikap dan etika kepada laki-laki non muhrim, jadinya kalau mau jutek, jutek sama semua laki-laki sekalian jangan setengah-setengah. Kalau jutek hanya setengah-setengah itu bukan jutek, tapi itu nafsu.


Dari segi aurat fisik, Sayyidah Fatimah saking bisa menjaga auratnya bayangannya bahkan sehelai rambutnya tidak pernah di lihat sama laki-laki lain. Kalau ini di tiru sama semua wanita yang ada di muka bumi ini maka derajat wanita akan semakin tinggi dan mahal. Kenapa dapat di katakan tinggi dan mahal karena ia tidak menunjukkan auratnya sehingga dari tidak menunjukkan auratnya ia akan lebih di hormati oleh semua laki-laki bahkan ia bakal di pandang wibawa sama laki-laki.


Menutup aurat bukan hanya memakai baju seluruhnya ke tutup tapi yang lebih sempurna adalah tidak menunjukkan nyeplak, ketat, dan lain sebagainya sehingga dari memakai pakaian ke tutup tapi lekukan-lekukan tubuhnya masih keliatan sama laki-laki lain itu belum menutup aurat bahkan kalau masihseperti itu derajat wanita bakalan lebih rusak dan jatuh. Maka dari itu ketika terjadi kasus pemerkosaan wanita jangan selalu menyalahkan laki-laki yang mana bisa memperkosa dirinya, tapi sebelum menjudge semua laki-laki intropeksi diri dahulu yaitu apakah pakaian nya masih terlihat auratnya sehingga menbuat laki-laki nafsu dan tergoda memperkosanya. Di sini kami tidak membela laki-laki yang menjadi pelaku pemerkosaan justru kami menentang laki-laki yang berani memperkosa wanita karena ia tidak menghormati wanita. Akan tetapi selain selalu menyalahkan lelaki yang berani memperkosa wanita, wanita yang menjadi korban juga harus mengkaca diri yaitu apakah pakaiannya sudah menutup aurat atau belum, apakah dari segi pergaulan ia gampang akrab sama semua laki-laki. Kalau seandainya wanita itu pengen di hormati dan dari di hormati tersebut biar terjadi adanya kesetaraan Seks & Gender maka wanita harus melakukan sesuatu yang ada pada dirinya sendiri agar di hormati yaitu menjaga aurat baik aurat batiniyyah maupun rohaniyyah.


Terakhir, dalam diri dan jiwa Fatimah Az-Zahra As beliau mempunyai jiwa leader ship (kepemimpinan), tapi dari jiwa kepemimpinan beliau di zaman itu beliau tidak menjadi seorang Khalifah, tapi walaupun beliau ada jiwa kepemimpinan tapi beliau tetap punya.  Dimana sikap kepemimpinan beliau yang musti kita tiru, jiwa kepemimpinan beliau ada pada dalam mendidik anak-anaknya yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein  sehingga anak-anaknya yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein menjadi laki-laki yang Tangguh, alim, wara, dan zuhud akibat di didik oleh ibunya yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. Bahkan beliau juga punya anak perempuan bernama Zaynab di didik sama beliau Sayyidah Fatimah sehingga akibat dari di didikan beliau Sayyidah Zaynab anak perempuannya Fatimah dan Ali menjadi wanita yang tangguh dalam menghadapi semua rintangan dan cobaan. Beliau mempunyai jiwa kepemimpinan bukan hanya untuk anak anaknya, tapi buat seluruh wanita yang ada di jazirah arab bahkan seluruh dunia bisa terkagum-kagum bahkan malu jika tidak menirunya, jadi efek dari jiwa kepemimpinan beliau juga, sosok Fatimah Az-Zahra bisa membuat semua wanita menjadi malu kalau berbuat keji dan dosa. Maka dari itu beliau di juluki “Sayyidatun nisaa lil alamin, minal awwalin wal akhirin (pemimpin wanita seluruh alam, dari awal hingga akhir).


Begitu juga dengan wanita, biar menjadi kesetaraan seks dan gender wanita ada hak mempunyai jiwa leader ship sebagaimana Fatimah Az-Zahra, jiwa leader ship bagaimana? Yaitu jiwa yang mana perempuan ada hak dan sangat bisa untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin buat bimbing wanita lain agar lebih baik, atau bahkan menjadi pemimpin negara/komunitas untuk membuat perubahan agar lebih baik sebagaimana lelaki menjadi pemimpin yang ingin melakukan perubahan.


Kalau sudah menerapkan apa-apa point-point penting yang ada pada Sayyidah Fatimah Az-Zahra yang mana di haruskan bahkan di anjurkan semua wanita untuk meniru beliau, maka wanita-wanita yang ada di dunia tidak akan ditindas oleh oknum-oknum jahat seperti Patriarki, Kapitalisme, Imperealisme, kasisme religious, dan lain sebagainya.


Apa patriarki itu? Patriarki adalah budaya yang menomor duakan posisi perempuan dan menempatkan perempuan sebagai entitas masyarakat yang intenor. Jadinya di kelompok ini perempuan sangat selalu di juluki harus di belakang, padahal seharusnya perempuan ada hak untuk di depan dan di utamakan.

Apa kapitalisme itu? Kapitalisme adalah kelompok yang mana memperkerjakan perempuan itu di gajinya lebih sedikit daripada laki-laki. Apa Imprealisme itu? Yaitu penjajahan gaya baru atau penjajahan yang berbentuk non fisik.

Apa Fasisme Religius itu? Fasisme Religius adalah suatu kelompok yang mana salah memahami makna jihad, yang mana saking salahnya memaknai makna jihad ia berani melakukan bom bunuh diri, membunuh orang yang tidak sepemahaman, dan lain sebagainya sebagaimana Teroris, ISIS, & Al-Qaeda.


Jadinya dari sini lah wanita perlu yang namanya mempunyai sosok yang membangun jiwanya agar wanita tersebut lebih di hormati tak lain dan tak bukan wanita sangat diharuskan untuk meniru seorang sosok seperti Sayyidah Fatimah Az-Zahra putrinya Rsulullah SAW. Oleh karena itu yang musti wanita tiru dari Sayyidah Fatimah adalah mempunyai jiwa keberanian untuk bersuara dalam membela kebenaran agar kehidupannya lebih di hormati oleh orang lain, bahkan kelompok-kelompok jahat di atas tidak akan berani menjajah dan merendahkan wanita. 


C. Kesimpulan

Wanita sangat penting mempunyai idola tokoh dalam kehidupannya agar ada motivasi  semangat dalam hidup, juga wanita harus mempunyai idola yang baik agar hidupnya termotivasi untuk menjadi baik. Tak lain dan tak bukan sosok yang paling sempurna untuk di tiru semua wanita adalah yaitu putrinya Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. Kalau mereka semua wanita yang ada di muka bumi ini meniru sosok tersebut, maka kesetaraan seks & gender akan lebih kuat dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA


Jurnal Dinas Pemberdayaan


Nasaruddin Umar, Mendekati Tuhan dengan Kualitas Feminim, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014), h.109


Kitab Sirah Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam


Kitab Tarikh At-Tobari, karya Imam At-Tobari


Kitab Kanzul Ummal, karya Syekh Muttaqi Al-Hindi


Kitab Syiar A’lam Nubala, karya Imam Az-Dzahabi


Kitab Mu’jam Al-kabir karya Syekh At-Tabrani, Juz 1, halaman 68.


Kitab Iqdul Jawahir, karya Al-Habib Musthofa Alaydrus


Kitab Jami’ As-Shogir, karya Imam Suyuthi


Materi kesetaraan Seks & Gender, MAPABA PMII Kota Bandung, Bersama Utami Nur Fadhillah

Posting Komentar

0 Komentar