Titik Terbaik Takdir Part 8



Karya: Nida


"Ini tugas kamu, lain kali aku nggak akan mau kerjain tugas kamu lagi. Kamu tuh punya tangan dan otak kerjain tugas sendiri!" ucap Hawa sembari meletakkan buku Fisika Akza di meja pemuda itu.


Azka tersenyum tipis. "Kalau ada yang salah, lo harus siap-siap nerima hukuman dari gue," ucap Azka.


"Nggak tau diri ya kamu, udah di kerjain masih aja nuntut sempurna," ucap Hawa.


Azka berdiri dari duduknya, menatap Hawa dengan instens. "Berani lo sama gue?!" Bentaknya.


"Ka, sabar dia cewek!" Galang ikut menimbrung.


Kring.... Kring....


Bel masuk tiba-tiba berbunyi nyaring, Hawa dengan wajah datarnya berjalan menuju kursi tempat duduknya. Entah kenapa ia sangat jengkel dengan sifat Azka yang semakin semena-mena dengannya. Ia pikir selama ini ia diam karena ia takut dengannya? Big no! Hawa diam bukan berarti dia takut!


Azka, pemuda itu belum tahu siapa sebenarnya Hawa Shakaela Qulaibah.


Mulai sekarang ia harus bersikap tegas dengan Azka.


Tiba-tiba Bu Sonia datang dengan Arsya di belakangnya. Tumben sekali pemuda itu datang terlambat, wajah pemuda itu juga tampak pucat, apakah Arsya sedang sakit?


Arsya berjalan menuju kursinya, sebelum ia duduk kedua matanya beradu dengan manik mata Hawa, lalu setelahnya mereka sadar, cepat-cepat Hawa memalingkan wajahnya, membuat Arsya sedikit menampilkan senyuman tipis, bahkan sangat tipis, sampai orang lain tak sadar jika pemuda dengan julukan es kutub Utara itu sedang tersenyum.


"Hari ini ibu akan membagikan kalian kelompok, setiap kelompok itu akan menjawab pertanyaan yang akan ibu ajukan, siapa yang paling banyak menjawab dengan jawaban yang benar maka kelompok itulah pemenangnya, dan tentu saja mereka akan mendapatkan nilai tambahan," ucap Bu Sonia.


Bu Sonia mengeluarkan buku absensi. "Kelompok satu, Nasywa, Reyhan, Letta dan Zeno. Kelompok dua, Galang, Zany, Violet dan Shelin. Kelompok tiga, Hawa, Fatimah, Azka dan Arsya. Kelompok empat, Kenzo, Alan, Aurel dan Nanda. Kelompok lima, Aslan, Farhan, Faqih dan Azhar," ucap Bu Sonia.


"Silakan duduk dengan kelompoknya masing-masing," titahnya.


"Ck! Kenapa gue bisa sekolompok sama mereka!" Keluh Azka.


Arsya berjalan menuju kursi Hawa dengan buku-buku di tangannya, di ikuti oleh Azka dengan Fatimah di belakangnya.


"Males banget gue sekolompok sama lo cewek cupu!" ucap Azka menatap tajam ke arah Hawa.


"Lo bisa diem?" ucap Arsya membuat Azka mengedikkan bahunya acuh.


"Baik, karena semuanya sudah duduk di kelompoknya masing-masing, kuis hari ini ibu akan mulai," ucap Bu Sonia.


"Jika Ibu memberikan pertanyaan kalian bisa mengacungkan tangan, ingat ini adalah kelompok jadi bekerja samalah," sambungnya.


Semua tampak mengerti. Lalu Bu Sonia mulai memberikan pertanyaan. 


"25×65×15+70×100, hasilnya?"


Tidak sampai sedetik, Arsya mengacungkan tangannya. 


"Berapa Arsya?"


"31, 375," jawabnya.


"Lima point untuk kelompok tiga." ucap bu Sonia. 


"Hitunganmu sangat cepat, Arsya!" seru Hawa dengan tersenyum manis.


"Gue sering belajar hitung-hitungan," ucap Arsya membuat Azka hanya berdesis.


"Pertanyaan segitu doang gampang," ucap Azka meremehkan Arsya.


"Pernyataan kedua. Bahagiaku melambung tinggi sampai ke angkasa_"


"Majas Hiperbola," ucap Azka memotong pembicaraan Bu Sonia.


"Kenapa kamu udah jawab pertanyaannya? Bu Sonia kan belum selesai memberikan pertanyaan," ucap Hawa.


"Terserah gue dong, lagian gue terlalu bersemangat." balas Azka. 


"Jawaban Azka benar, itu adalah majas hiperbola." ucap Bu Sonia, membuat Azka tersenyum senang.


"Apa gue bilang? Benar kan jawaban gue?" ucap Azka dengan wajah tengilnya, sedangkan Hawa memutar bola matanya malas. 


"Lima point lagi untuk kelompok tiga," ucap Bu Sonia.


"Next, pertanyaan ketiga."


"Sebuah pabrik menerima panas 90 KJ dan dikenal 100 KJ. Berapa banyak perubahan energi dalam sistem?"


Hawa mengacungkan tangannya. 


"+190 KJ."


"Benar, lima point lagi untuk kelompok tiga."


"Perasaan dari tadi kelompok tiga mulu dah, weh gantian apa!" Galang tiba-tiba bersuara.


"Ya pantas mereka mulu yang jawab orang anak-anak emas di satuin kelompoknya, si Arsya sama si Azka kan rival dalam kelas, kayaknya si Hawa bakal jadi murid terpintar setelah mereka berdua," ucap Zany.


"Yang gue kasianin nih ya, si Fatimah, yang ngang-ngong-ngang-ngong doang dia di circle pinter," ucap Alan memgundang tawa seisi kelas.


"Sialan lo, Lan!" umpat Fatimah.


Hawa menatap Azka yang sedang memainkan bolpoinnya. Apa? Jadi Azka termasuk murid terpintar? Hawa baru mengetahuinya, tetapi kenapa tugas fisika saja harus dirinya yang mengerjakan? Hawa sekarang paham, Azka mungkin sedang mengerjainya.


"Kuis hari ini Ibu cukupkan sampai disini, selamat kelompok tiga kalian adalah pemenangnya, Ibu bangga dengan kalian," puji Bu Sonia.


"Kecuali Fatimah ya Bu," ucap Alan sembari terkekeh pelan di akhir kalimatnya.


"Alan kamu tidak boleh seperti itu!" Tegur Bu Sonia.


"Dasar Alan sialan!" umpat Fatimah lagi dan lagi.


•••


Hawa, Fatimah dan Nasywa berjalan menuju mushola untuk melaksanakan sholat Dhuha, suara derap langkah terdengar jelas dari ketiganya karena kondisi koridor yang tampak masih sepi. Suara umpatan dari Fatimah untuk Alan tak henti-hentinya terdengar, rupanya gadis itu masih jengkel dengan Alan pasal kejadian di kelas tadi.


"Sumpah ya, kalau gue boleh mukul si Alan gue mau jambak rambutnya dan cakar-cakar muka sok gantengnya!" ucapnya.


"Udah udah, anggap aja angin lewat, kan emang Alan mah gitu orangnya," ucap Nasywa.


"Lagian nyebelin banget dia!" ucap Fatimah.


"Hawa!" 


Seruan seseorang dari belakang membuat ketiga refleks menghentikan langkahnya dan berbalik arah, ternyata yang memanggilnya adalah Aslan teman sekelasnya.


"Iya ada apa?" tanya Hawa.


"Di panggil Pak kepala sekolah kamu disuruh ke kantor beliau, katanya kamu di pilih untuk lomba olimpiade tingkat nasional," ucap Aslan.


"Hah, aku?" tanya Hawa tak percaya.


Aslan mengangguk. "Iya kamu, cepat kesana gih, aku mau keruang OSIS dulu, ada banyak tugas negara, Assalamualaikum," pamitnya.


"Waalaikumsalam."


"Fatimah, Nasywa, aku ke kantor dulu ya kalian sholat duluan aja, assalamualaikum."


"Waalaikumsalam, hati-hati!" Pesan keduanya yang di balas anggukan oleh Hawa.

Posting Komentar

0 Komentar