Titik Terbaik Takdir Part 5


 

Karya: Nida

Hawa menghempaskan tubuhnya di ranjangnya, mata gadis itu terpejam, mengigat kejadian yang baru saja ia alami di sekolah barunya. Hembusan nafas gusar terdengar dari mulutnya, sungguh ia tak menyangka jika ia akan di pertemukan siswa seperti Azka. Kejam dan sok paling berkuasa, lalu pikirannya tertuju juga dengan sosok Asrya, siswa yang terlihat berwibawa di matanya. Hawa tak tahu jika Arsya tak menolongnya saat ia di bully tadi nasibnya akan seperti apa, mungkin sangat kacau?


Ceklek


Pintu kamar Hawa terbuka menampilkan sosok Adam. Lantas Hawa pun langsung bangkit dari tidurnya, lalu Adam pun duduk di kursi belajarnya, menatap Hawa dengan rinci memastikan jika adiknya itu baik-baik saja.


"Kenapa?" tanya Hawa.


"Kamu baik-baik aja kan? Tadi pulang naik apa?" tanya Adam.


"Aku baik-baik aja, naik Bus." Jawab Hawa.


Adam mengangguk paham. "Kenapa penampilan kamu berantakan?" tanya Adam.


Sial! Hawa belum ganti pakaian! Jangan sampai Adam curiga jika dirinya habis di bully di SMA Angkasa.


"Eh, nggak apa-apa. Tadi di sekolah aku jatuh di kamar mandi," ucap Hawa bohong.


Adam menautkan kedua alisnya. "Kamu nggak bohong kan? Kamu nggak lagi di bully kan?" tanya Adam.


Hawa menggeleng cepat. "Nggak Adam, aku nggak apa-apa. Aku nggak bohong," ucap Hawa.


"Oke, aku percaya. Tapi kalau ada masalah di sekolah cerita ke aku ya?" Pinta Adam. Hawa pun mengangguk.


"Yaudah istirahat, aku mau ke pondok dulu, assalamualaikum." Pamit Adam.


"Waalaikumsalam."


Hawa lantas menghembuskan nafas lega saat Adam sudah keluar dari dalam kamarnya. Lantas gadis itu pun langsung mengunci pintu kamarnya lalu segera mengganti pakaiannya. 


Hari ini benar-benar hari yang melelahkan baginya.


•••


Tok...Tok...Tok


"Hawa antar Teteh Humaira yuk!" ucap Humaira dari balik pintu kamar Hawa.


Hawa yang tadinya sedang membaca buku lantas langsung bangkit untuk membuka pintu kamarnya.


"Anterin kemana teh?" tanya Hawa.


"Ke Gramedia! Teteh mau beli buku, nanti kamu teteh traktir beli buku juga deh!" ucap Humaira.


Kedua mata Hawa pun langsung berbinar-binar. "Hawa siap-siap dulu teh. Nggak lama cuman limat menit aja!" ucap Hawa.


"Oke, teteh tunggu di bawah ya!" ucap Humaira.


"Siap!"


Hawa lantas langsung bersiap-siap. Ia mengenakan gamis berwarna dusty dengan khimar yang senada, tak lupa ia juga memoles sedikit bibirnya dengan lip balm agar terlihat tidak pucat. Setelah sudah cukup rapih ia pun segera keluar dari dalam kamarnya.


"Ayo teh, aku udah siap!" ucap Hawa.


"Ayo kita pergi!" ucap Humaira. 


Keduanya pun menaiki mobil Ferrari putih milik Humaira, yang memang gadis itu beli untuk keperluan pekerjaannya.


Mobil itu pun melaju meninggalkan kawasan pesantren serta melewati gedung-gedung nan tinggi di kota Bandung.


Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 15 menit akhirnya mereka pun sampai di depan Gramedia. Setelah mobil terparkir barulah mereka keluar dari dalam mobil itu.


Mata Hawa tampak berbinar saat melihat buku-buku yang berjejer rapi di setiap rak. Baginya pemandangan ini adalah syurga dunia baginya.


"Ambil buku sepuasnya, nanti teteh yang bayar. Teteh mau cari buku yang pengen teteh beli dulu ya!" ucap Humaira yang langsung menghilang dari pandangan Hawa.


Hawa lantas mengelilingi setiap rak-rak buku. Ia mengambil berbagai cerita novel dengan nuansa islami, karena Hawa adalah pencinta novel yang bergenre islami.


Matanya mengarah pada rak dengan sekumpulan buku tentang 'Nikah' Hawa lantas melihat-lihat cover buku itu, ia tak berani membukanya karena usianya belum cukup untuk mempelajari Bab Nikah.


"Lo mau menikah?" 


Seruan seseorang dari belakang membuat Hawa membalikkan badannya. Kedua mata gadis itu sedikit melotot saat tahu siapa orang itu.


"Kamu?" Hawa kini mengigat jika pemuda itu adalah Arsya, siswa yang membantunya saat ia di bully di sekolah.


"Arsya, itu nama gue," ucap Arsya.


"O-oh iya. Aku Hawa, dan aku belum mau menikah, aku cuman melihat-lihat buku ini aja,"  ucap Hawa.


Arsya tak menjawab, pemuda itu sibuk memilih buku yang akan ia beli. 


"Kamu mau beli buku?" tanya Hawa.


Arsya mengangguk. "Seperti yang lo lihat," ucapnya.


"Oh ini buku yang aku cari-cari ternyata di sini!" Humaira tiba-tiba datang dengan mata yang berbinar saat ia melihat buku-buku Bab Nikah tertera tepat di hadapannya.


"Loh, ternyata teteh pengen beli buku Bab Nikah?" tanya Hawa.


Humaira tersenyum malu. "Iya, ini buku yang pengen teteh beli," ucapnya.


"Ciee mau nikah nih ya?" Goda Hawa.


Humaira terkekeh geli. "InshaAllah secepatnya, bosen teteh jomblo terus!"


"Siapa calonnya? Ih Hawa penasaran tau!" ucap Hawa.


"Ada deh! Nanti dia juga datang kerumah buat khitbah teteh," ucap Humaira.


"Cie mau soul out aja!" ucap Hawa.


Humaira tersadar jika di samping Hawa terdapat Arsya yang memperhatikan mereka sejak tadi.


"Loh ini temannya Hawa?" tanya Humaira.


"Iya teh, saya Arsya temannya Hawa di SMA Angkasa," ucap Arsya sopan.


"MasyaAllah gantengnya, sekelas juga sama Hawa?" tanya Humaira. 


"Iya teh."


"Mau beli buku juga?" tanya Humaira.


"Iya."


"Buku apa?"


"Antropologi."


"Tuh kayak Asrya, dia mah beli buku pelajaran, lah ini keponakan teteh mah beli novel terus." Sindir Humaira.


"Biarin suka-suka Hawa!" ucap Hawa yang lantas langsung pergi menuju kasir.


"Anaknya emang suka gitu. Tapi sifat dia bikin kita yang ada di sekelilingnya jadi happy loh. Anaknya kayak membawa kebahagiaan," ucap Humaira.


"Yaudah teteh duluan ya, assalamualaikum." Pamitnya.


"Waalaikumsalam." Jawab Arsya.


Diam-diam Arsya memperhatikan Hawa. Senyum gadis itu sangat manis, bahkan ia lupa jika di sekolah tadi ia habis di bully habis-habisan, senyuman itu seperti topeng yang menutupi kesedihannya.


Tanpa Arsya sadari ia juga ikut mengulumkan senyumannya. Seakan ia sudah sangat lama mengenali Hawa. Dan nama Hawa seperti sudah familiar di telinganya.


"Apa itu lo Hawa?" batinnya.

Posting Komentar

0 Komentar