2 VISI MANUSIA DALAM KEHIDUPAN


Gambar: SHF

Karya: Ilham Maulana Saputra 

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan Al-qur’ân sebagai pedoman bagi seluruh manusia yang di dalamnya tidak ada keraguan. Demi Allah aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba dan Utusan Allah. Ammâ Ba’du.

Sesungguhnya siapapun yang menciptakan atau membuat sesuatu pasti ada sebab dan tujuannya Dia menciptakan itu, seperti kita membuat rumah pasti ada tujuannya yaitu untuk kita berteduh dari panas dan hujan, untuk kita hidup sehari-hari. Begitupun Allah SWT menciptakan manusiake muka bumi ini mempunyai tujuan, yaitu:

A. Sebagai Khalifah
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah: 30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ …
“ Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para Malaikat ‘Aku hendak menciptakan pemimpin di muka bumi …” 

Yang dimaksud خَلِيفَةً di atas yaitu Nabi Adam (manusia) sebagai pengganti Allah SWT untuk menegakkan agama-Nya yakni Islam. Terkait خَلِيفَةً diatas mempunyai 3 aspek, yaitu:

1. Sebagai Pemimpin bagi Diri Sendiri

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَّكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. (رواه مسلم)
“ Setiap kalian itu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dipinta pertanggung jawabannya.” (H.R. Muslim)
Sudah jelas pada hadits diatas dijelaskan bahwasanya kita adalah pemimpin bagi diri sendiri dan akan dipinta pertanggung jawabannya. Di Hari Akhir nanti kita akan dipinta pertanggung jawaban atas tangan, mulut, kaki dan anggota badan yang lainnya untuk dipakai apa saja. Ketika dihisab oleh Allah SWT maka seluruh anggota badan kita akan menjadi saksi dan mulut akan dikunci. Allah SWT berfirman dalam Q.S Yasin: 65

ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“ Pada hari ini kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka memberikan kesaksian dan kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

2. Sebagai Pemimpin bagi Keluarga

Pada konteks pemimpin disini adalah seorang laki-laki yang menjadi pemimpin bagi perempuan, Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nisa: 34
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ …
“ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian lainnya (wanita), dan mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…”

 3. Sebagai Pemimpin Ummat

Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِيْ سَفَر فَلْيُؤْمَرُوْا اَحَدَهُمْ (رواه ابو داود)
" Apabila ada 3 orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin.”
Hadits diatas menerangkan bahwa begitu sangat pentingnya kita harus mempunyai seorang pemimpin dalam hidup kita walaupun dalam bepergian hanya 3 orang.

B. Untuk Beribadah kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Q.S Az-Zariyat: 56
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 
“ Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka beribadah.”

Ust. Aceng Zakaria mendefinisikan ibadah dalam kitab Al-Hidayah
الْعِبَادَةُ هِيَ التَّقَرب اِلَى اللهِ تَعَالَى بِاِمْتِثَالِ اَوَامِرِهِ وَاجْتِنَاب نَوَاهِيْهِ بِاِذْنِ بِهِ الشَّارِع
" Ibadah ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya  serta beramal sesuai dengan kewenangan (izin) Syara’.”

Pada definisi diatas menjelaskan bahwasanya kita beribadah bukan hanya  semata-mata mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, kita mengerjakan sesuatu tersebut harus ada dasar/dalilnya dari Al-Qur’ân dan As-Sunnah (Hadits Shahih).

Ada 2 prinsip/aspek yang harus kita perhatikan ketika kita beribadah kepada Allah SWT, yaitu:

1. Niatnya hanya kepada Allah SWT semata

Ketika kita beribadah mempunyai niat ingin dipandang atau dengan niat bukan kepada Allah SWT maka kita telah mengerjakan suatu perbuatan riya, sedangkan riya itu adalah suatu sifat yang dibenci dan ditakuti oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam hadis:
عن محمود ابن لبيد رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم:(انّ اخوف ما اخاف عليكم الشّرك الاصغر الرّياء). اخرجه احمد بسند حسن
“ dari Mahmud bin Labiid r.a dia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: (Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah Syirik kecil yaitu Riya’.” )H.R. Ahmad dengan sanad hasan)

2. Kaifiyatnya (Cara mengamalkan) harus sesuai contoh Nabi SAW.

Dalam suatu qaidah menyebutkan bahwasanya :
الاصل في العبادة التّوفيق والاتباع, وبعمارة اخر الاصل في العبادة البطلان حتّى يقوم دليل على الامن.
" Prinsip dasar dalam Ibadah ialah manangguhkan dan mengikuti contoh- ungkapan lain: Prinsip dasar Ibadah itu batal, sampai ada dalil yang memerintahkan keberadaanya.”
مَنْ عَمَلَ عَمِلًا فَلَيْسَ اَمرنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan tanpa ada perintah/contohnya dari kami maka akan tertolak.  
 

Posting Komentar

0 Komentar