Titik Terbaik Takdir Part III


Karya: Nida

 Senin pagi yang cerah adalah awal yang baik untuk mengawali aktivitas. Seorang gadis tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu sudah rapih dengan seragam SMA barunya. Almamater berwarna merah maroon melekat di badannya. Secarik senyuman tampil di wajah bersihnya.


Setelah puas bercermin gadis itu pun keluar dari dalam kamarnya, dan menuruni setiap anak tangga. 


"Shobahul khoer!" sapa Hawa.


"Shobahunnur."


"Sarapan dulu Nak," ucap Zahra.


Hawa pun mengangguk, lantas duduk di kursi makan di samping Adam. Di pagi itu mereka sarapan dengan roti tawar yang di campur dengan selai coklat dengan segelas susu hangat.


Usai sarapan, tak lupa Hawa berpamitan dengan Zahra dan Hasan, gadis remaja itu meraih tangan kanan mereka guna menyaliminya.


"Hawa pamit ke sekolah ya, Nek," ucap Hawa.


"Belajar yang pinter ya, Nak!" ucap Zahra.


"Siap Nek!"


"Semoga kamu betah sama sekolah baru kamu," ucap Adam.


Hawa pun tersenyum. "Makasih Adam!" ucapnya.


"Abang pamit ya Bunda, Ayah. Assalamualaikum," ucap Yusuf.


"Waalaikumsalam."


Yusuf dan Hawa pun masuk ke dalam mobil BMW hitam. Hari ini Hawa akan berangkat bersama Abinya, karena kebetulan arah SMA Angkasa sejalan dengan kantor Yusuf.


Setelah beberapa menit lamanya di perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang SMA Angkasa yang menjulang tinggi.


Hawa sedikit membelalakan matanya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Adam, jika SMA Angkasa sangat jauh dengan kata Agama Islam.


Para siswi di sini rata-rata memakai seragam yang kurang bahan, rambut yang di geraikan, padahal menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap muslimah. Atau mereka adalah non muslim?


Sampai detik ini  Hawa belum juga ada niatan untuk keluar dari mobil, perasaannya sungguh sangat campur aduk. Apakah bersekolah di Angkasa High School adalah pilihan yang tepat? Tapi bersekolah di Angkasa High School adalah impiannya.


"Hawa kenapa?" tanya Yusuf.


"Eh, nggak apa-apa bi. Kalau gitu Hawa keluar ya bi," ucap Hawa.


Yusuf pun mengangguk. "Belajar yang rajin ya? Dan tetap menebarkan kebaikan di manapun Hawa berada." Pesan Yusuf.


Hawa mengangguk. "Siap Bi!" Hawa meraih tangan kanan Yusuf untuk menyaliminya. "Hawa pamit, assalamualaikum." Pamitnya seraya keluar dari dalam mobil.


"Wa'alaikumsalam."


Mobil Yusuf pun melaju, menghilang dari pandangannya. Hawa melihat sekolah barunya itu, ia menarik nafas dengan panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Rasanya ia seperti akan masuk ke kandang Harimau saja, sampai takut dan grogi seperti ini. 


"Bismillah, ayo Hawa masuk! Ini impian kamu untuk masuk ke SMA Angkasa!" ucapnya pada diri sendiri.


Hawa mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam sekolah, semilir angin berhembus kencang membuat ujung hijab putih Hawa beterbangan membuat diri Hawa semakin terlihat sangat anggun. 


Banyak sorot mata tajam yang Hawa dapatkan karena saat ini hanya dia seorang yang memakai jilbab lebar, yang lain ada yang memakai jilbab tetapi tidak menutupi dada, dan lebih parah mayoritas siswi di sini tidak mengenakan jilbab. Apakah mereka muslim? Atau non muslim? Jika mereka muslim, maka wajib atas mereka harus menutup aurat dengan sempurna. 


Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat An-Nur ayat : 31


"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka."


Kesimpulan Al-quran surah An-nur ayat 31 adalah, Allah memerintahkan kepada para perempuan muslimah untuk menutupi auratnya dengan sempurna memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh, kecuali yang tampak biasa di lihat. Yaitu wajah dan telapak tangan, selebihnya adalah aurat. Sekali lagi adalah AURAT, camkan itu! Atau perlu catat! Ayo catat. Hawa tungguin! 


Sekuat tenaga Hawa menyembunyikan rasa canggungnya, ia tetap terus melangkah dan tersenyum manis kepada setiap orang yang menyapanya. 


"Dia siapa? Mana cantik banget njir!"


"Iya sumpah cantik banget! Bakal jadi gebetan baru gue ini!"


"Dih apaan sih jilbabnya lebar banget, Nora!"


"Kayak ibu-ibu."


Bisikan-bisikan dari para siswa-siswi Hawa dapatkan. Banyak dari mereka yang terang-terangan memuji atas kecantikan yang Hawa miliki dan ada juga mencemoohkan dirinya karena hijab yang ia kenakan terlalu lebar.


Langkah Hawa terhenti di saat ia melihat segerombolan siswa-siswi yang sedang berkerumun, seperti akan melihat sebuah pertunjukan.


Bukan Hawa namanya jika tidak kepo dan ingin tahu. Hawa pun melangkahkan kakinya menuju kerumunan itu. Matanya membulat sempurna saat ia melihat seorang siswa yang sedang di bully dengan sekelompok siswa laki-laki. Yang semakin membuat Hawa terkejut adalah, tidak ada satupun yang membela siswa itu. Apa murid disini tidak mau membela orang yang di tindas? Benar-benar keterlaluan! 


Hawa menerobos kerumunan itu, ia tidak tahan melihat siswa laki-laki itu sedang di permalukan di depan umum. 


Dengan berani Hawa menahan botol yang di pegang salah satu siswa, jika saja Hawa telat maka air yang ada di botol itu akan tumpah mengenai siswa yang sedang di bully itu. 


Spontan Siswa laki-laki itu membalikkan badannya, serta menatap tajam ke arah Hawa. 


"Lo gila?!" Bentak Siswa itu.


"Wah cewek, Ka! boleh juga keberaniannya," ucap salah satu temannya yang biasa di sebut dengan Zany.


"Tapi cantik juga kalo dilihat." Alan  berkomentar. 


"Anjirr ini si bidadari turun dari langit, Ka! Cantik bener!" timpal Galang. 


Hawa tidak menghiraukan ucapan para siswa itu, karena ia fokus membantu siswa laki-laki yang di bully tadi. Hawa membantu membereskan buku-bukunya yang berserakan di lantai dan langsung mengembalikannya kepada siswa itu. 


"Kamu nggak apa-apa?" tanya Hawa pada siswa laki-laki itu, yang di jawab anggukan oleh siswa itu. 


"M-makasih," ucap Siswa itu.


"Cantik banget anjir!" Galang tak henti-hentinya memuji Hawa.


"Kerudungnya kayak ibu-ibu," ucap Zany.


"Diem lo semua!" bentak Azka, seketika semuanya pun langsung terdiam. 


Azka menatap tajam ke arah Hawa. Lalu ia pun membuka tutup botol itu. "Lo mau belain si culun ini kan? Oke, gue nggak bakal nyiram dia kok." Azka tersenyum smirk. "Tapi gue bakal nyiram lo," ucap Azka.


Byur


Hijab putih Hawa pun basah. Hawa hanya memejamkan matanya serta beristighfar beberapa kali di dalam hatinya.


Azka lantas tersenyum miring, ia sangat puas dengan keadaan gadis di hadapan itu.


Hawa menarik nafasnya lalu menghembuskan dengan perlahan.


"Rabku berfirman, barangsiapa memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zhalim Alquran surah, Asy-Syura ayat empat puluh." Hawa memberikan senyuman tipis. "Saat aku membalas kejahatan kamu dengan amarah dan caci maki, maka sama saja aku seperti kamu."


"Semoga Allah memberimu hidayah," lanjutnya membuat Azka terdiam.


Hawa menatap siswa yang tadi di bully. "Ayo pergi." ajak Hawa, dan di angguki oleh siswa itu. 


Rahang Azka tampak mengeras, baru kali ini ada yang berani melawannya bahkan secara terang-terangan. 


Azka menatap punggung Hawa dengan kebencian, ia benci dengan gadis itu yang sudah berani mempermalukannya. Ia belum tahu siapa sebenarnya seorang Azka.


"Lo udah keterlaluan, Ka," ucap Kenzo salah satu sahabat Azka yang paling dingin. Pemuda itu pun pergi dari kerumunan itu.


Semua murid tampak mulai berhamburan, mereka cukup terkejut, dengan seorang siswi yang berani melawan seorang Azka sang penguasa di sekolah ini. 


Azka, pemuda tampan, bermata tajam bak mata Elang serta sadis terhadap seseorang yang tidak ia sukai. 


Selamat datang Hawa di Angkasa High School.

Posting Komentar

0 Komentar