Beliau menjelaskan bahwa ada studi kasus di Harvard teng biografi pengusaha teknologi yang berhasil yang berdarah-darah membangun bisnisnya. Diubah dua kisah perempuan dan laki-laki padahal orang yang sama hanya dibedakan jenis kelamin. Tapi, persepsi orang bahwa perempuan sukses tak disukai, laki-laki sukses di puja-puja. Untuk itu, kita kaum perempuan terkadang malu menunjukan kita sukses.
Beliau juga memaparkan penelitian lain, mahasiswi selalu menebak IPK nya lebih rendah dari yang sebenarnya di dapat, sedangkan mahasiswa dengan percaya diri menebak IPK lebih besar dari yang di dapat. Fresh graduated mahasiswa 53% berani nego gaji pertama, mahasiswi hanya 7% yang berani nego Alhamdulillah gue dapet kerja. Jadi, kita (perempuan) kerap menganggap lemah kemampuan kita dan sangat bisa dipahami karena ketika sukses tidak disukai, ketika sukses dianggap ibu yang tidak baik meninggalkan anak-anaknya bekerja di rumah. Selalu ada perspektif yang keras di semua dunia, termasuk dipolitik yang dianggapnya dunia yang keras, dunia laki-laki. Padahal, sesungguhnya kemampuan kits perempuan untuk berempati, untuk lebih mendengarkan dengan hati, untuk lebih bisa beradaptasi we listen by our heart. Harus banyak lagi perempuan yang masuk politik dan harus lebih banyak lagi perempuan yang memilih Perempuan. Waktu pemilu banyak yang nanya pilih siapa, pilih perempuan,DPRD nya pilih siapa, pilih perempuan, DPR nya pilih siapa pilih perempuan, harus lebih banyak lagi perempuan yang juga menganggap kesuksesan orang lain bukan kegagalan kita. Harus lebih banyak perempuan yang bertepuk tangan bila teman perempuannya sukses, bukan malah nyalah-nyalahin atau ngerojok-rojokin kalo kalah. We have to fix each other's crown girls.
Islam hadir memuliakan dan mengangkat derajat perempuan. Kita mengenal Bunda Siti Khadijah yang merupakan saudagar sukses, lalu bunda Siti Aisyah RA seseorang yang begitu cerdas dalam membersamai perjuangan dakwah Rasulullah SAW. Mereka adalah perempuan hebat yang sukses namun tetap adalah istri yang salehah. Masih banyak shahabiyah hebat lainnya. Islam tidak melarang wanita berkarir selama dalam fitrahnya.
Tulisan ini tidak ditunjukan untuk membela gender mana yang paling unggul atau untuk mengatakan bahwa perempuan harusnya lebih layak tampil ke depan. Tulisan ini hanyalah hati perempuan kepada sesama perempuan agar kita sama-sama berani dan percaya diri terhadap mimpi-mimpi. Ketika tak ada satupun yang percaya bahwa mimpimu berharga, kamu lah orang pertama yang harus meyakini bahwa kamu dan mimpimu adalah berharga. Perlu banyak perempuan yang mendukung perempuan lainnya, bukan merundung harapannya. Kita disempitkan dengan anggapan " Buat apa perempuan sekolah tinggi, ujungnya di dapur juga". Perempuan adalah madrasatul ula, maka benar ia harus cerdas, ia harus terdidik karena jelas akan berbeda perempuan yang belajar dan perempuan yang tidak berkesempatan belajar. Perempuan harus lebih kuat lagi, menopang dirinya sendiri dan mendorong perempuan lainnya. Karena kamu berharga, kamu lah penyangga peradaban. Jika kamu menyerah, bagaimana generasi selanjutnya memulai kiprah?.
Referensi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kartini ( diakses pada 19 April 2021 Pukul 20.05 WIB)
https://www.instagram.com/tv/CN1OhUhDZvS/?igshid=q3f96yixd2y6 (diakses pada 20 April Pukul 22.10 WIB)
0 Komentar