Mencintai Dalam Diam

Gambar: shf 
Karya: Akang_

Ini adalah kisahku yang merasa sudah jatuh hati pada seorang gadis kecil yang berusia 13 tahun. Mungkin terasa aneh karena usia gadis ini sangat jauh denganku, akan tetapi jika tuhan menempatkan rasa cinta pada hambanya maka ia takkan pilih pilih entah ia lebih tua atau lebih muda dari pasangannya. Saat itu cuaca agak kurang bersahabat, hujan begitu lebatnya hingga saat aku berkendara pandanganku kedepan kurang jelas. Aku sangat tergesa gesa saat itu hingga pada saat aku melintas di pertigaan ada orang yang menyebrang dan pada akhirnya. "Bruaak" Aku menabrak seseorang, tak kusangka aku akan menabraknya dan tanpa berfikir panjang akupun menghampiri seseorang itu yang ternyata seorang gadis, oh saat itu benar membingungkan diriku, tak ada satu orangpun yang menghampiri untuk menolong.

"Hei, sadarlah lihat aku!" Cemas bercampur aduk dengan rasa takut, bagaimana jika gadis itu kenapa Napa dan tak tertolong. Aku mengambil motorku dan bergegas membawanya ke rumah sakit. Satu jam aku menunggu, tak ada tanda tanda kabar dari dokter mengenai gadis itu. Dan tak lama kemudia dokterpun menghampiriku.

"Permisi, apakah mas keluarga pesien itu" tanya dokter itu.

"Ah bukan dok, saya yang membawanya ke sini, gimana keadaan gadis itu dok?"

"Gadis itu baik baik saja, hanya lecet di bagian kakinya mungkin karena terbentur sesuatu" huh, ku menghela nafas bahagia mendengar keterangan dokter tadi.

"Oh, iya dok apakah saya boleh melihatnya?"

"Iya boleh, bahkan hari ini gadis itu boleh pulang"

"Ok dok terimakasih" Akupun segera menghampiri gadis itu " Hey, apakah engkau baik baik saja?" "Siapa kamu, dan saya ada dimana?"

"Tenang, kamu sekarang ada dirumah sakit" ternyata gadis itu gak inget dengan kejadian tadi. "Kenapa saya ada dirumah sakit?"

"Kamu tadi habis kecelakaan dan yang menabrak kamu itu aku, maafkan aku ya"

"Sssstt, au sakit kepalaku" sambil memegang kepalnya karena kesakitan mungkin karena benturan tadi.

"Dokter bilang kamu boleh pulang, mari saya antar" Akupun mengantar hingga sampai ke rumah gadis itu, rupanya gadis itu tinggal dengan seorang nenek.

"Apakah kamu sudah pulang?" Suara lirih pelan terdengar dari balik pintu.

"Assalamualaikum, iya nek saya udah pulang" dengan langkah pelan gadis itu menuju ke kamarnya neneknya.

"Kaki kamu kenapa?" Dan benar saja aku harus menjelaskan prihal kejadian tadi. "Sebenarnya dia tadi kecelakaan dan"

"Apa? Mana yang luka mana, mana yang sakit" seketika nenek dari gadis itu memotong penjelasanku tadi.

"Nek dengarkan dulu penjelasan saya, jadi gini tadi hujan deras dan saya gak sengaja menyerempet dia tapi Al hamdulillah saya segera membawanya ke rumah sakit. Kata dokter dia gak apa apa nek hanya lecet dikit di bagian kaki." Sejenak sambil melirik gadis itu yang masih tertunduk. "Syukurlah kalau gitu, terimakasih nak lain kali selalu hati hati"

"Iya nek, maaf ya atas keteledoran saya" setelah aku mengantarnya Akupun pulang dalam perjalanan pulang betapa perasaan sudah lain pada gadis itu, wajahnya memang ayu, entah nafsu atau memang datang dari hati. Mungkin begitulah Tuhan menghadirkan seseorang dalam setiap diri hambanya, datang secara tiba tiba.

Sudah tiga hari aku tak pernah kunjung ke rumah gadis itu, betapa hati merasa masih ada rasa bersalah dan setitik rindu. Dan pagi itu aku gak sengaja bertemu dengan gadis itu, Sepertiny iya habis pulang sekolah, akupun menghampirinya. "Hey, tunggu" Gadis itu membalikkan badannya, kupandangi gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya, memang ayu sih. Astagfirullah! Fikiran apa ini.

"Bagaimana kabarmu? Apa masih ada yang sakit?" Tanyaku pada gadis itu meski sedikit gugup, sama gadis aja gugup. "Al hamdulillah aku baik baik saja setelah beberapa hari yang lalu"

"Syukurlah kalau begitu, em maaf ya atas kejadian tempo hari itu aku bener gak tahu kalau ada kamu lagi menyebrang karena waktu itu curah hujan sangat lebat sekali dan pandanganku tak jelas" Mengapa canggung sekali aku bicaranya pada gadis ini.

"Gak apa apa, namanya juga kecelakaan dan juga gak ada unsur kesengajaan kan" Cara bicara gadis inipun seperti orang yang sudah dewasa saja. "Em, kalau boleh tahu nama kamu siapa" Malu banget nanyaknya tapi di tahan tahan.

"Panggil saja ifa, saya permisi mau pulang" Sambil berlalu dari hadapanku, sungguh beruntung hari ini bisa bertemu dengan gadis itu bisa berkenalan dan mengutarakan apa yang menganggu perasaanku 3 hari belakangan ini, tahukan apa itu, mengutarakan rasa bersalah. Suara adzan terdengan dari kejauhan di masjid Rahmat, ku bergegas untuk menunaikan ibadah sholat Dzuhur.

"Ya Allah ya Rahman yang maha segalanya, hamba telah berusaha menjadi hamba yang baik untuk hambamu yang baik juga, dan berusaha tak berbuat jahat bagi hambamu yang berbuat jahat. Maka ya rob, berilah pada hamba jalan yang baik agar hamba senantiasa menjadi orang yang baik, Aaaamiiinnn."

Ilalang melambai dengan tenangnya meski sesekali jauh dari perkiraan akan selalu di babat habis oleh manusia yang mungkin karena serakah atau hanya berniat ingin melihat berih lingkungannya. Padahal seharusnya hubungan yang baik itu tidak harus antara manusia dengan manusia yang lainnya, akan tetapi bisa dengan makhluk Tuhan yang ada di sekitar kita. Hati ini masih penasaran dengan sosok gadis itu, entah perasaan macam apa ini. Seperti datang tak undang pulangnya entah kapan. Pagi itu aku berniat pergi ke sebuah desa, Kec. Asem Rowo Kel. Asem Rowo. Ya, disitulah gadis itu tinggal yang dulu pernah aku hantar kerumahnya. Dan sesampainya di rumah gadis itu, aku melihat tiga orang satu laki laki dan dua wanita baru keluar dari rumah gadis itu.

"Sepertinya dia gak ada waktu hari ini." Kata seorang wanita setengah baya berhijab itu. "Siapa yang akan mengurus ifa" Seorang pria menimpali pembicaraan mereka.

"Kita harus ikuti prosedur untuk adopsinya, tapi ini agak sulit" Tak lama mereka berbincang gadis itu keluar dari rumahnya menghampiri mereka bertiga.

"Ayah!" Kata gadis itu sambil berlari pelan.

"Ini tasnya" Memberikan sebuah tas hitam pada lelaki itu yang di sebutnya ayah. "Oh, aku meninggalkannya" "Sampai jumpa"

"Ifa, jangan lupa beri nenek obat tepat waktu" "Ah, iya terimakasih"

"Kamu melakukannya dengan baik" Merekapun meninggalkan gadis itu, dan ia kembali masuk ke rumahnya. Sementara aku berusaha mendekat ke rumahnya dan berdiri tepat di depan pintu rumahnya, dari luar aku mendengar gadis itu sedang ngobrol dengan neneknya.

"Nenek, silahkan berbaringlah" Dengan perlahan gadis itu memangku neneknya. "Sejak aku berbaring terus, aku merasa bosan, bantu aku duduk"

"Ok nek, hati hati. Sebentar aku ambil baju di depan" Gadis itupun pergi beranjak kedepan dan tak kusangka ia mebuka pintu yang sedari tadi aku berdiri di depannya. Dengan gelagap dan terbata bata aku mulai menyadari kalau sedari tadi aku melamun, dan karena gadis itu aku lama tak mengurangi pandanganku pada gadis itu.

"Ehem" Mebuyarkan lamunanku

"Eh astagfirullah, maaf kalau dari tadi aku nguping pembicaraan kalin" Dengan nada malu. "Siapa fa, sepertinya ada tamu di luar" Tanya nenek itu dari dalam kamar.

"Dia nek yang kemaren ngantar ifa" "Coba suruh masuk nduk"

"Mari masuk, nenek menyuruhmu masuk" Ternyata tetap saja meski raut wajahnya biasa tapi masih ayu.

"Assalamualaikum, maaf jika hari ini saya ke sini, agaknya semoga tidak terganggu" "Tidak nak, justru kami senang kamu datang kemari" "Oh, iya kabar nenek gimana?"

"Al hamdulillah, yah seperti inilah kalau udah tua"

"Nek, kalau boleh saya mau ajak ifa jalan, apakah nenek gak keberatan" "Kalau itu tanyak sama ifa, maunya di ajak kemana dia" "Ketaman Deket sini aja nek"

"Gimana, ifa mau?" Kata nenek itu bertanya sambil bertanya pada gadis itu.

"Asal gak sampai waktu Dzuhur" Kamipun pergi taman dengan mampir ke warung sebentar untuk membeli es krim, duduk di taman sambil saling bertanya satu sama lain, ternayatagadis itu umurnya 13 tahun, dan aku sudah 20 tahun.

"Aku belum tahu nama kakak?" "Aku Ahmad, Ahmad Hamdani" "Nama yang bagus"

"Apa kamu tahu artinya?" "Enggak, emang apa artinya" "Kalau dalam bahasa arabnya terpuji"

"Kakak bisa bahasa arab?" "Enggak juga sih, sedikit" "Eh fa, ngomong ngomong apa cita-citamu?"

"Aku ingin menjadi artis yang terkenal, jika nanti aku jadi artis, aku akan ikut acara pencarian orang di TV" "Untuk mencari siapa fa?"

"Emakku, aku akan mencari emakku"

"Jadi itu alasanmu menjadi artis?" Sambil mengangguk pelan, kamipun sama sama terdia dan memakan es krim. "Kalau kakak, cita-citanya ingin jadi apa?" "Sutradara" "Sutradara?"

"Iya, sutradara agar nanti aku bisa menjadikanmu artis dan kita bisa mencari ibumu bersama sama" "Ada ada saja, kak udah jam 11 nih yuk kita pulang"

"Oh, iya ayo aku antar" Dalam perjalanan pulang, kami berkendara motor. Awalnya perjalanan kami biasa aja dan tak mengira akan terjadi sesuatu, namun naas saat kami melewati lampu lalu lintas, sebuah mobil Avanza menerobos lampu merah dan kami tak luput dari sasaran mobil itu. Meski berusaha menghindar, kejadian itu tak Ter elak lagi.

"Bruaak" Mataku berkunang kunang, gelap sakit dan rasanya seperti mati rasa, banyak orang mengerumuni kami dan dan hanya gadis itu yang terlihat dalam pandanganku. Berusaha bangun dan serasa tak mampu, dengan langkah yang tertatih berusaha menggapai gadis itu.

"Fa, ifa, bangun fa, ifa sadar, ya Allah tolong ifaa!" Entah apa yang akan terjadi, entah apa yang harus aku perbuat. Dari kejauhan suara ambulance kian mendekat, dan salah satu dari kru mereka membawa ifa untuk di bawa ke rumah sakit. Satu Minggu sudah gadis itu koma, dan sedihnya neneknya masih berlinang air mata karena mendengar cucu satu satunya kembali mengalami kecelakaan. Setiap hari aku bekunjung untuk menemui gadis itu, memandangi wajahnya yang terlelap dan membisu. Merasa bersalah itu kembali tergiang dalam ingatanku. Ifa ulfatus Izza, semoga engkau kembali pada kami, nenek dan aku menantimu dan kita akan mencari ibumu bersama.

Selangor Malaysia, 15 November 2020

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Balasan
    1. Alhamdulillah, terimakasih yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca karya dari kami semoga bermanfaat.🤗

      Hapus