Titik Terbaik Takdir Part 11

 

Karya: Nida 


Sinar mentari mengintip di sela-sela jendela kamar Hawa. Minggu yang cerah mengawali aktivitas Hawa di pagi hari, walaupun tubuh gadis itu masih belum pulih akibat insiden penbuliyan di sekolahnya namun tak mengurangi semangat Hawa untuk tetap menjalani aktivitasnya.


Ceklek


Pintu kamar Hawa terbuka lebar, menampilkan sosok Humaira yang tersenyum lebar. Hawa jadi merinding jika Tetehnya itu sedang di rasukin jin atau sebangsanya, lagian siapa suruh pagi-pagi ketawa-ketawa nggak jelas!


"Kenapa teh? Pagi-pagi udah senyum-senyum nggak jelas!" ucap Hawa.


"Kya! Besok teteh mau di khitbah, Hawa!" Teriak Humaira tiba-tiba, gadis berusia 24 tahun itu berjingkrak tak jelas di atas kasur Hawa, namun Hawa membiarkannya melihat Tetehnya senang ia pun juga ikut senang.


"Masya Allah, barakalllah teh! Siapa tuh calonnya, anak tetangga sebelah?" tanya Hawa sembari terkekeh geli.


Humaira mengangguk mantap. "Bener! Altan udah pulang dari Cairo, Wa! Dia udah pulang! Teteh nggak sabar ya Allah!" Jeritnya lagi.


"Alhamdulillah, akhirnya Tanteku mau nikah juga," ucap Hawa.


"Ih, panggil Teteh atuh, Wa! Jangan tante, kayak tua gitu kesannya," ucap Humaira.


Hawa memutar bola matanya malas. "Iya teteh," ucapnya, membuka Humaira tersenyum senang.


"Eh, pagi-pagi gini udah rapi? Mau kemana? Kamu kan lagi nggak enak badan!" ucap Humaira. Hawa memang tidak bercerita jika ia korban bullying di sekolah, karena menurutnya itu akan menjadi rumit, jadi usai kemarin ia di tolong Azka rupanya pemuda itu juga memberikan seragam baru untuknya, jadi ia pulang keluarganya pun tidak tahu jika ia habis di bully di sekolah.


"Hawa pengen keliling pondok teh, bosen di ndalem terus," ucap Hawa.


"Oh gitu, yaudah tapi jangan sampe kecapean ya?" ucap Humaira.


"Siap teh!" 


Hawa berjalan keluar dari ndalem, ia berkeliling melihat-lihat asrama putri, banyak dari mereka yang menyapa Hawa dengan ramah tentunya Hawa membalasnya dengan tak kalah ramah.


"Ning Hawa!" 


Seruan dari belakang menghentikan langkah Hawa. Ia pun membalikkan badannya, melihat siapa yang memanggilnya. Senyuman tercipta di kedua sudut bibir Hawa saat tahu siapa yang memanggilnya.


"Salma!" ucap Hawa, yang langsung memeluk erat tubuh Salma, sahabatnya. Salma dan Hawa memang sangat akrab, mereka berteman saat Salma baru pertama kali memasuki pesantren Raudlatul Jannah yang pada saat itu ia masih kelas satu Tsanawiyah, tapi karena Hawa mendapatkan beasiswa mondok di Jakarta, alhasil mereka pun terpisah.


"Ning apa kabar?" tanya Salma.


"Alhamdulillahilladzi bini'matihi tattimmushollihat, kamu sendiri apa kabar, Sal?" tanya balik Hawa.


"Alhamdulillah, baik juga Ning. Salma kangen banget sama Ning Hawa! Denger udah lama kalau Ning udah kembali ke sini, tapi nggak sempet ketemu Ning, tapi Alhamdulillah sekarang udah ketemu," ucap Salma.


"Afwan ya, Sal. Aku nggak jenguk kamu ke asrama," ucap Hawa merasa bersalah.


"Nggak apa-apa atuh, Ning. Salma denger Ning teh sekolah di SMA Angkasa ya?" tanya Salma.


"Iya, loh kok kamu tau?" tanya Hawa.


"Anu Ning, sebenarnya Salma nanya sama Gus Adam," ucap Salma.


"Cie, deket sama Gus Adam ya?" Goda Hawa.


"Nggak atuh Ning, Salma waktu itu nggak sengaja ketemu Gus Adam, jadi Salma nanya Ning Hawa teh sekarang ngelanjutin SMA dimana, gitu Ning," ucap Salma.


"Oh gitu. Kamu sekarang lagi sibuk, Sal?" tanya Hawa.


"Nggak Ning, setiap Ahad kan para santri bebas," ucap Salma.


"Pas banget! Anter aku keluar yuk! Kita cari angin, nanti aku traktir bakso deh!" ucap Hawa.


"Wah boleh Ning."


Hawa pun menggandeng tangan Salma, mereka berjalan beriringan keluar dari asrama putri. Namun, saat mereka ingin keluar dari gerbang mereka bertemu dengan Adam yang rupanya ia sedang mengobrol dengan penjaga gerbang pesantren.


"Hawa, kamu mau kemana?" tanya Adam.


"Aku mau jalan-jalan sebentar, Dam. Ajak Salma juga," balas Hawa.


Sesaat Adam melirik ke arah Salma yang tampak menunduk, semburat senyuman tercipta di kedua sudut bibir Adam. 


"Udah! Ngeliat Salmanya biasa aja, ghadhul bashor!" ucap Hawa, lantas Adam langsung mengalihkan pandangannya.


"Yaudah, fi amanillah ya, jangan lama-lama." Pesan Adam.


"Iya, Adam."


"Hawa!" Panggil Fatimah dan Nasywa tiba-tiba, kedua gadis itu langsung memeluk erat tubuh Hawa sampai-sampai Hawa sempat terhuyung ke belakang.


"Hawa maafin kita, karena nggak bantuin lo waktu lo di bully kemarin, lo nggak apa-apa kan? Lo nggak lecet kan? Badan lo masih utuh kan?" tanya Fatimah bertubi-tubi, gadis itu mengelilingi tubuh Hawa membuat Hawa terkekeh geli di buatnya.


"Ya ampun, aku nggak apa-apa, Fa. Aku sehat lahir batin," ucap Hawa.


"Loh, kamu kemarin di bully? Kenapa kamu nggak cerita, Hawa?!" tanya Adam.


"Loh, loh, ini siapa? Manusia dari belahan mana ini? Kenapa ganteng banget!" Seru Fatimah saat melihat  Adam.


"Fatimah, jaga pandangan ih!" Tegur Nasywa.


"Oh iya, astagfirullah!" ucap Fatimah, namun mata gadis itu tetap melihat ke arah Adam. Katanya, kalau melihat cogan itu rezeki sayang kalau di lewatkan, nanti nyesel!


"Hawa jawab, kamu selama ini jadi korban bully di sekolah?" tanya Adam lagi. Hawa hanya terdiam.


"Sabar kak, biar saya yang ngejelasin. Jadi gini, di sekolah, Hawa itu reputasinya bagus, semua guru menyukainya, sampai suatu hari Hawa di deketin sama dua siswa populer di sekolah, jadi para siswi yang nggak suka sama Hawa atau yang iri dengan Hawa menindas Hawa. Tapi kak, mulai saat ini saya janji, saya akan menjaga Hawa dari Singa betina di sekolah, percaya sama saya kak!" ucap Fatimah panjang lebar.


Adam menarik tubuh Hawa masuk ke dalam pelukannya. "Ade aku yang satu ini Kenapa bandel banget sih? Kenapa saat kayak gitu nggak cerita sama aku? Jangan suka memendam masalah sendiri." Adam menatap Fatimah. "Untuk kamu makasih sudah mau menjaga adik saya," ucap Adam tulus.


"Sama-sama kak! Oh iya, jadi kakak ini Abangnya Hawa?" tanya Fatimah.


Adam mengangguk. "Saya Kakaknya Hawa sekaligus kembarannya," ucap Adam.


"Masya Allah, kenapa Hawa nggak bilang punya kembaran seganteng ini!" Jerit Fatimah tiba-tiba. Nasywa hanya geleng-geleng kepala, kenapa sahabatnya jadi selebay ini sih?!


Fatimah menelungkupkan kedua tangannya di depan dada. "Perkenalkan kak, saya Fatimah Quwaidah, akrab di panggil Fatimah," ucap Fatimah memperkenalkan diri.


Adam juga ikut menelungkupkan kedua tangannya di depan dada. "Saya Adam," ucapnya.


"Wah, nama kakak bagus!" Puji Fatimah.


"Karena kalian ada disini, kalian berdua harus ikut kita jalan-jalan! Sebelum itu kenalin ini sahabat aku Salma. Dan Salma, kenalin ini sahabat aku Fatimah dan Nasywa," ucap Hawa.


"Gue Fatimah, salam kenal Salma," ucap Fatimah.


"Aku Nasywa, salam kenal," ucap Nasywa.


"Saya Salma, salam kenal Fatimah, Nasywa," ucap Nasywa sembari tersenyum manis.

Posting Komentar

0 Komentar