Karya: _abd mannan_
Wabah virus corona masih terus menghantui sejumlah negara di dunia. Tak terkecuali Malaysia. Jika sebelumnya Malaysia menjadi salah satu negara yang belum terinfeksi, kini Negri 9 ini sudah mulai mengetatkan aktivitas warganya. Dari mulai kerja ditiadakan, pergi jauh pun untuk mengunjungi sanak familiy juga harus ada surat tertentu.
Sudah hampir dua tahun makhluk ini menguasai dunia, kian hari ces kematian yang postif selalu bertambah.
Hari ini diri niat hati ingin mengunjungi sebuah pemakaman umum yang mana di situlah semua korban covid di makamkan.
Sesampainya di sana....
Air mata tiada hentinya mengalir. Isakan dan sesegukan tangis menjadi irama yang tak asing lagi di dengar, usapan demi usapan tak membuat wajahnya kering. Tertunduk dengan muka sayu dan hati yang terpatahkan, ia berjongkok di sisi gundukan tanah kuburan yang masih basah. Janazah suaminya yang berusia 40 tahun kurang lebihnya baru saja tertimbun oleh tanah yang merah kecoklatan. Perempuan setengah baya itu dalam perasaan kehilangan cinta sejatinya. Dengan hati yang tabah dan rasa yang juga ikut sedih diri mencoba menyapa.
" Mak cik, ini siapa Mak cik? Keluarga ke"
"Dia suami saya. Kemaren masih sehat encik, tapi setalah dari hospital tu dia positif covid dan...." kalimatnyapun terputus meledak menjadi isakan tangis yang tiada henti, anak lelakinya terdiam di samping emaknya dan anak yang masih kecil kira kira umur 8 tahun duduk di sisi kanannya.
Duduk dan menunduk dalam duka.
Seorang lelaki berdiri memandang satu kuburan yang masih basah dalam fikirannya masih tersisa senyum yang manis dari raut wajah kekasih yang ia cintai. Namun itu hanya bayang bayang yang perlahan pudar kemudian hilang di tengah lamunan
" Assalamualaikum encik" Diri mencoba menyapa dengan perlahan mendekati lelaki itu
"Ini istri saya bang, Minggu lalu masih sehat. Cuma sakit perut terus drop. Dia di nyatakan covid" kata si encik itu, dengan mata sembab dan mata yang berkaca kaca. Duka tak terkira dalamnya
Di sudut TPU ( tempat pemakaman umum) itu, seseorang sedang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu sesekali memegang sebuah nisan yang baru tertancap di atas tanah yang masih basah, diapun sama seperti seseorang yang sedang kehilangan cinta dalam hidupnya " saya dari Selangor bang, ini Abah saya. Beliau yang terakhir cinta saya, emak sudah duluan menghadapnya. Sekarang semua sudah tiada" tuturnya dengan dengan tangisan yang tumpah.
Tiga makam itu di kuburkan hampir bersamaan, yang pastinya meninggalkan luka pada rasa. Tuhan telah menitipkan ruh pada jasad dan akan di ambil kembali pada waktu yang tepat. Setelah liang lahat di tutup itulah akhir dari penghantaran mereka pada keluarganya.
0 Komentar